Selasa, 10 Maret 2015

Strategi Pabrikan Prosesor Intel Setelah Melewatkan Booming Smartphone & Tablet

Peluang pasar dari booming smartphone dan tablet pc terlepas dari genggaman intel. raksasa semikonduktor ini pun berbenah dan mencoba bangkit dengan roadmap lengkap prosesor terbaru di dunia mobile. Kini, Intel punya kompetitor baru yaitu Qualcomm yang sukses dengan System on Chip (SoC) semata wayangnya, seri Snapdragon S4. Harga sahamnya pun sudah mengungguli Intel di tahun 2012. Intel yang cukup lama mendominasi prosesor PC di seluruh dunia tampaknya "tertidur" di era mobile saat ini karena nyaris absen dengan prosesor andalan untuk smartphone dan tablet PC. Selain Intel, Microsoft dan Nokia juga terkena dampak tren saat ini. Apabila Microsoft dan Nokia membentuk suatu aliansi, Intel masih "pede" berjuang sendiri. Keyakinan Intel terlihat dari roadmap prosesor mendatangnya (lihat gambar di sebelah kanan) yang juga mengadopsi tren mobile. 

Intel masih yakin dengan bisnis prosesornya di PC meskipun pertumbuhan pasar PC desktop berdasarkan riset terakhir (lihat grafik) cenderung stag nan di masa mendatang. Namun, berhubung Intel masih pemain dominan di pasar PC (dengan tingkat penjual an sekitar 150 juta unit per tahun), segmen pasar ini tidak bisa dianggap sepele. Meskipun sedang booming, pertumbuhan tablet semakin menurun. Berangkat dari sini, Intel mulai pasang strategi di bisnis mobile sejak satu setengah tahun lalu. Misalnya dengan merilis segmen baru notebook, yaitu ultrabook yang lebih ringan, tipis, dan sangat mobile. Konsep ultrabook diyakini Intel tidak kalah menarik dibandingkan tablet karena dianggap lebih memberikan efek produktivitas bagi penggunanya.

Walau generasi kedua ultrabook masih belum sukses (hanya 5% dari pasar notebook), hal ini bukanlah bencana bagi Intel. Demikian menurut David Douad (IDC) yang menganggap hal tersebut sebagai fase transisi. Prediksinya, angka penjualan ultrabook bakal meningkat hingga 95 juta unit (setara dengan pangsa pasar 30%). Intel berperan penting di sini karena dua prosesornya, Haswell (2013) dan Broadwell (2014), akan jauh lebih hemat dan kecil dengan performa yang lebih baik. Intel bertekad menghadirkan peningkatan performa 50% tiap pergantian generasi prosesor. Notebook dengan prosesor Haswell diklaim akan memiliki waktu stan-by sekitar 20 kali lebih lama. Broadwell merupakan prosesor pertama dalam Multi-Chip Package (MCP) yang mengemas CPU, GPU dan chipset dalam satu chip. Selain itu, teknologi transistornya juga diperkecil, dari 22 nm menjadi 14 nm sehingga diharapkan juga berdampak positif dalam menurunkan harga. Harga ultrabook yang berkisar US$ 1.000 dianggap masih terlalu mahal, sehingga intel akan menurunkannya secara perlahan hingga kisaran US$ 700-800. Sukses tidaknya strategi ini masih harus ditunggu. Yang jelas, tren perangkat ultra-tipis, baik ultrabook, hybrid-tablet, atau tablet akan terus terjadi.

Intel Vs ARM: Berbeda Model Bisnis
Kiprah Intel di smartphone dan tablet tidaklah semulus di notebook. Intel sebenarnya memiliki CPU untuk platform ini, yaitu Clover Trail. Namun prosesor ini kalah pamor dibandingkan prosesor jenis ARM karena kurang direspon produsen smartphone. Misalnya oleh Motorola (RAZR I), LAVA (XOLO X900), atau Acer (Liquid C1). Padahal, peluang laba besar dari smartphone sangatlah besar di masa mendatang (lihat gambar). Prosesor ARM lebih dominan di smartphone bukan hanya karena lebih irit daya. Pengembangnya, ARM Limited memberi lisensi kepada berbagai produsen untuk memproduksi chip sendiri. Misalnya, Qualcomm dengan snapdragon S4. Menurut Krisztian Flautner (kepala riset ARM), kelebihan mereka bukanlah pada produk, melainkan model bisnis. Mereka memberikan kesempatan bagi berbagai produsen chip untuk bersaing langsung dengan Intel. Model bisnis ini memang tak lazim, tetapi juga tidak mengekang inovasi chip baru. Bay Trail sebagai prosesor Atom penerus Clover-Trail, akan memiliki 4 core dengan clock 2,4 GHz dan diproduksi dengan proses produksi 22 nm. Prosesor mobile ini cukup menjanjikan karena diklaim Intel bisa bekerja selama 11 jam (stand-by 20 hari). Sebagai perbandingan, prosesor ARM untuk smartphone atau tablet nVidia Tegra 3 (4+1 core) dengan clock 1,5 GHz hanya bisa digunakan selama kurang lebih 7 jam.

Apple iPad 5 Dengan Prosesor Intel
Hingga kini, Intel belum mendapat produsen tablet kelas kakap yang ingin memakai prosesor/SoC Atom-nya (Clover Trail atau Bay Trail). Apple sebagai produsen yang berani membuat terobosan mungkin bisa menjadi "penyelamat" Intel. Kabarnya, mereka berniat memakai SoC Intel untuk iPad generasi mendatang. Saat ini, Apple masih memakai SoC sendiri yang diproduksi Samsung. Lantaran perang paten diantara keduanya, Samsung mengancam akan menaikkan harga SoC. Para analis pun berspekulasi, Apple akan mengganti pemasok S0C-nya. Apabila kesepakatan terjadi, Intel bakal membuat SoC ARM untuk iPhone dan SoC Atom untuk iPad. Artinya, Intel mulai menginjakkan kakinya di bisnis tablet. Selama ini, kerja sama antara Intel dan Apple akur-akur saja, misalnya MacBook dengan prosesor Intel dan kerjasama pengembangan interface Thunderbolt. 
     Keberhasilan Intel di sektor mobile CPU sangatlah penting. Kalau tidak, core business-nya di segmen enterprise terancam. Beberapa bulan lalu, Flautner telah menyampaikan solusi ARM yang lebih efisien dibandingkan Intel untuk arsitektur server data center. Respon positif pun datang dari pengelola data center besar, seperti Google atau Facebook. Ini cukup beralasan karena walau setiap chip hanya lebih hemat beberapa watt, skala penghematannya akan sangat besar untuk ratusan ribu CPU.

0 komentar :

Posting Komentar