Dalam dunia Sinematografi dan video editing, anda pastinya sudah tidak asing bila melihat angka 4:2:2 / 4:2:0 / 4:4:4 dan sebagainya. Pasti banyak tidak mengerti atau belum benar-benar paham, apa arti angka tersebut. Kelompok angka-angka tersebut disebut Chroma Subsampling, banyak sekali yang salah mengira Chroma Subsampling sebagai sistem warna turunan RGB (benar tapi kurang tepat) atau bahkan ada salah satu YouTuber Sinematografi terkenal Indonesia, menyebutnya dengan sebutan color science, pernyataan ini kurang tepat karena color science dan chroma subsampling sangatlah berbeda pengertian. Chroma Subsampling adalah perhitungan ‘turunan’ warna (Chroma) dari kedalaman warna dengan satuan bit (bit-depth 8bit, 10bit, 12bit dan sebagainya) pada sensor, yang dihitung dari (jumlah satuan pixel horizontal) : (jumlah chroma baris pertama each pixel or in-row secara horizontal : (jumlah chroma baris kedua each pixel or in-row secara horizontal).
Contoh nilai chroma subsampling 4:2:0 berarti angka 4 berarti terdapat 2 baris 4 pixel in-row horizontal, setiap 2 pixel baris pertama dan kedua (total 4), dari 4 pixel yang hanya mampu menangkap warna 1 (RGB yang dihitung dalam Y’CrCb). Masih bingung juga? Coba lihat gambar di bawah ini.
Jadi kesimpulannya, semakin banyak jumlah angkanya (maksimal 4) akan semakin dalam dan kaya warna yang diproduksi pada masing-masing pixel, sejauh ini paling dalam adalah 4:4:4 yang berarti semua masing-masing pixel mampu memproduksi warna RGB sesuai dengan kedalaman warna (bit-depth) masing-masing. Hal ini akan mempengaruhi pada saat color grading, semakin bagus choma subsampling akan semakin tinggi tingkat fleksibilitas dalam color correction dan color grading. Masih bingung juga? Bila ada yang masih bingung saya bisa membahasnya dengan lebih simple, atau bisa liat detailnya di YouTube, banyak sekali YouTuber Sinematografi yang membahas tentang ini. Selanjutnya saya akan membahas kedalaman warna atau bit-depth.
