Minggu, 03 Desember 2017

Pro Kontra Lepas Hijab dan Pilihan Wanita

Andaikan saya berkawan dengan Rina Nose, saat pertama kali melihatnya berjilbab, kalimat pertama yang saya ucapkan adalah "Kamu terlihat cantik dengan penampilan barumu". Atau saat Rina Nose memutuskan membuka jilbabnya, saya juga akan mengucapkan "Kamu terlihat cantik dengan penampilan barumu". Kalaupun misalnya nanti Rina Nose memutuskan memakai kembali jilbabnya, mungkin kalimat itu pula yang akan saya katakan.

Dan kalimat "Kamu terlihat cantik dengan penampilan barumu" itu pulalah yang selalu saya katakan kepada teman-teman saya, saat mereka memutuskan berjilbab. Kalimat yang sama juga selalu saya ucapkan kepada teman-teman saya yang akhirnya memilih untuk melepas jilbabnya. 

Saya tahu banyak teman-teman saya yang memutuskan berjilbab atau memilih membuka jilbabnya, setelah melalui pergulatan batinnya masing-masing. Dan menurut teman-teman saya yg memilih membuka jilbabnya, pergulatan batin yang mereka alami lebih berat dibandingan ketika memutuskan untuk berjilbab. Apalagi jika orang tersebut adalah seorang Public Figure

"Saat memakai jilbab semua orang memberikan selamat karena menurut mereka saya telah mendapat hidayah. Tapi saat membuka jilbab, banyak yang mencibir dan berpikir negatif atas pilihan saya," begitu curhat seorang kawan saya yang memutuskan membuka jilbabnya.

Rina Nose Melepas Jilbabnya, Fenomena Lepas Hijab
Saya punya kenalan seorang Public Figure yang juga memilih membuka jilbabnya. Saat saya pertama kali melihatnya di suatu forum tampil tanpa berjilbab dengan gaya busana yang sangat trendy, saya mendatanginya hanya untuk mengatakan "Kamu terlihat cantik dengan penampilan barumu" dan ia terlihat kaget saat saya mengucapkan itu kepadanya. 

"Beneran? Terima kasih banget ya," Begitu balasnya dengan wajah yang sumringah.

Dari obrolan saya dengannya kemudian, baru saya tahu kalau setelah ia memutuskan membuka jilbabnya, banyak sekali orang yang menyayangkan dan bahkan mencibir keputusannya, bahkan teman-temannya sendiri banyak yang menggosipkannya di belakang. Jadi menurutnya, saat saya mengapresiasi penampilan barunya, ia seperti diberikan suntikan semangat. Padahal kita tidak pernah tahu, seperti apa pergulatan batin yang harus dialami seseorang saat memutuskan membuka jilbabnya. Dan jika pilihan yang harus diambil seorang wanita setelah melalui pergulatan batin malah dicaci-maki orang banyak, tidak kebayang seperti apa cobaan yang mungkin malah bisa membuat orang tersebut stres atau malah depresi. Dan banyak kasus di masyarakat, sebagian orang yang tidak bisa bertahan melalui depresi, bisa berakhir dengan bunuh diri. Tentu kita tidak mau hal itu terjadi kepada orang-orang di sekeliling kita, hanya karena ia depresi dengan penghakiman yang tak kunjung berhenti hanya karena ia memilih membuka jilbabnya. 

Pada dasarnya, setiap wanita, juga manusia pada umumnya, butuh diapresiasi dan juga penguatan (encouragement), atas apapun pilihannya. Dan keputusan untuk bagaimana seorang berbusana adalah hak privatnya. Saya juga pernah membaca tulisan dari seseorang yang mumpuni dalam bidang agama, yang memberikan ucapan selamat kepada seorang muslimah yang memutuskan berjilbab di masyarakat kita sebenernya salah kaprah. 

Ucapan "Selamat ya telah mendapatkan hidayah", itu sebenernya mengandung ego keangkuhan bahwa yang mengucapkan selamat merasa dirinya lebih baik atau lebih suci karena selama ini telah mendapatkan hidayah, sedangkan orang yang diberikan ucapan selamat baru saja mendapatkan hidayah. Di sisi lain, kalimat itu juga mengandung, bahwa pencarian hidayah sudah cukup berhenti saat seseorang memutuskan berjilbab. Sedangkan proses pencarian hidayah adalah proses yang terus menerus dan baru akan berhenti saat manusia mengembuskan napas terakhirnya.

Dan bagi saya, dengan memilih mengucapkan "Kamu terlihat cantik dengan penampilan barumu" kepada seseorang yang memutuskan berjilbab ataupun memutuskan membuka jilbabnya, saya tahu itu bisa memberi kepercayaan diri, penghargaan, dan penguatan kepada seorang wanita, atas apapun pilihannya. Kalau mau jujur, di masyarakat kita saat ini ada kecenderungan untuk mengukur kesalehan seseorang hanya dari bagaimana cara berpakaiannya. Jika perempuan sudah berjilbab dinilai sebagai wanita shalehah dan lebih baik dibandingkan perempuan muslimah yang belum berjilbab. Padahal kalau kita mau sedikit menilik catatan sejarah, ada banyak nama perempuan muslimah dalam daftar pahlawan nasional. Ada beberapa nama yang memang mengenakan jilbab seperti Rasuna Said dan Siti Walidah/ Nyai Ahmad Dahlan.

Dan ada banyak nama seperti Cut Nyak Dien, Cut Meutia, Nyi Ageng Serang, Dewi Sartika, RA Kartini hingga Malayahati (Laksamana Laut Perempuan pertama di dunia) yang dalam foto-foto mereka tidak mengenakan jilbab. Mereka semua adalah perempuan yang sepanjang hidupnya berakhlak karimah, berjuang untuk amar ma'ruf nahi munkar, dan menebar manfaat kebaikan untuk sesama.

Bahkan manfaat kebaikan yang mereka lakukan terus dirasakan masyarakat, ratusan tahun setelah semua wafat. Lalu untuk nama nama para pahlawan di atas, apakah mereka tidak layak kita sebut sebagai para muslimah salehah, hanya karena sepanjang hidup mereka tidak berjilbab? Perkara apakah seorang wanita layak masuk surga atau neraka hanya karena bagaimana cara berpakaiannya, biarlah itu cukup jadi bahasan Felix Siauw saja, karena publik juga tahu ia banyak memberi ceramah dan seminar berbayar tentang topik jilbab. 

Bagi saya, apakah seorang perempuan memilih tidak berjilbab/ berjilbab/ bercadar sekalipun, itu pilihan pribadinya yang tidak perlu kita hakimi dan jangan sampai membuat kita merasa lebih modern/ lebih baik / lebih suci dari yang lain selama hidup di dunia. Jadi, untuk teman-teman saya di manapun yang memutuskan berjilbab atau mengenakan cadar sekalipun, atau untuk mereka yang memilih untuk membuka jilbabnya atau memilih berbusana seksi sekalipun, saya ingin mengucapkan "Kamu terlihat cantik dan semoga terus berbahagia dengan apapun pilihanmu".

"Tak ada yang membuat seorang wanita lebih cantik, selain kepercayaan dirinya bahwa ia cantik". "Karena setiap wanita ingin diberi penguatan, atas apapun pilihannya"

0 komentar :

Posting Komentar