Minggu, 24 Desember 2017

Ada Peran Hacker Pada Krisis Qatar

Semenanjung Arab mengalami krisis politik serius setelah sekelompok negara memutus hubungan diplomatik dengan Pemerintah Qatar. Negara-negara seperti Arab Saudi, Uni Emirat Arab, Bahrain, dan Mesir melakukan langkah tersebut karena menganggap Qatar telah mendukung kelompok teroris dan condong ke Iran. Tensi antara Pemerintah Qatar dan Arab Saudi memang sudah memanas dalam beberapa tahun terakhir. Namun tensi kian meninggi setelah pada tanggal 24 Mei 2017, stasiun televisi milik Pemerintah Qatar, QNA, menulis berita yang memancing kemarahan negara tetangga. Pemberitaan tersebut berisi ucapan pemimpin Qatar, Sheikh Tamim bin Hamad al Thani, yang mengungkapkan kalimat yang pro-Iran.
Ucapan tersebut memancing kontroversi karena Qatar adalah bagian dari aliansi beberapa negara yang secara politik berlawanan dengan Iran (seperti Arab Saudi dan Uni Emirat Arab). Karena datang dari stasiun resmi milik Pemerintah Qatar, berita itu pun dianggap suara resmi Pemerintah Qatar sehingga langsung memancing kemarahan negara anggota aliansi. Masalahnya, Emir Qatar sebenarnya tidak pernah mengucapkan hal itu. Berita tersebut adalah karangan sekelompok hacker yang berhasil membajak sistem TI di QNA. Tidak tanggung tanggung, hacker menguasai seluruh sistem IT QNA, mulai dari web-server, CMS, sampai akun media sosial QNA. Karena berhasil menguasai penuh, hacker pun memanfaatkan semua kanal informasi QNA untuk menyebarkan berita bohong. Pada akun Twitter resmi QNA, misalnya, dihembuskan berita bohong terkait rencana Pemerintah Qatar untuk menarik duta besarnya dari negara-negara Arab serta adanya plot jahat untuk menjatuhkan Pemerintah Qatar.

Siapa Dalangnya?
Setelah mengalami insiden pembobolan ini, Pemerintah Qatar pun meminta bantuan FBI (AS) dan NCA (Inggris) untuk menyelidiki kasus ini. Kementerian Dalam Negeri Qatar pun mengakui, telah terjadi pembobolan di QNA dengan memanfaatkan cyber-bug di situs QNA. “Mereka telah memasang file (berita palsu) sejak akhir April untuk kemudian diaktif an pada 24 Maret 2017 pukul 121.3,” tulis Kemdagri Qatar dalam siaran pers resminya. Lalu, siapa dalang peristiwa ini? Dugaan awal tertuju kepada hacker Rusia yang selama ini dianggap getol memasuki ranah politik negara lain. Akan tetapi penyelidikan lebih lanjut menunjukkan, tersangka kasus ini bisa siapa saja. Hal ini tidak lepas dari lemahnya sistem QNA sehingga tidak membutuhkan strategi yang rumit untuk membobolnya. “Seorang script kiddies (hacker pemula, Red) pun bisa melakukannya,” ungkap salah satu penyidik.

Siapapun pelakunya, insiden ini kembali mengingatkan bagaimana kelemahan sistem sekuriti TI kini juga merambah dunia politik. Di AS, kemenangan Donald Trump mulai diragukan seiring beredarnya kabar pihak Rusia berhasil memengaruhi sistem pemilu. Sementara di Perancis, sistem TI Partai En March mengalami pembobolan pada dua hari sebelum pemilu yang hampir saja menggagalkan kemenangan Perdana Menteri terpilih, Emmanuel Macron. Ketika kondisi geopolitik dunia terus memanas seperti sekarang, kelemahan di sekuriti TI bisa jadi akan berujung pada krisis politik yang tak pernah terbayang sebelumnya.

0 komentar :

Posting Komentar