Jumat, 19 Desember 2014

Menguak Misteri Orang Pendek Sumatra

"Orang Pendek" ialah nama yang diberikan kepada makhluk sejenis primata bipedal menyerupai manusia purba namun dengan badan yang lebih pendek (kecil). Meskipun tak sedikit kesaksian tentang Orang Pendek tersebut, namun hingga kini keberadaanya masih menjadi teka-teki. Makhluk ini kerap menampakkan kemunculannya di sekitar Taman Nasional Kerinci Seblat, Jambi, Sumatra. Tak ada yang tahu sebenarnya makhluk sejenis apakah Orang Pendek itu, tak pernah ada bukti otentik yang mengabarkan seseorang pernah menangkap ataupun menemukan jasad makhluk itu. Hal ini berbanding terbalik dari banyaknya laporan dari masyarakat sekitar yang mengaku pernah melihat Orang Pendek. Sekadar informasi, Orang Pendek ini termasuk ke dalam salah satu studi tentang Cryptozoology (cabang ilmu yang meneliti tentang hewan-hewan yang keberadaanya sangat misterius di dunia ini). Ekspedisi pencarian Orang Pendek telah berkali-kali dilakukan di kawasan Kerinci, salah satunya yang digagas oleh National Geographic Society yang mana sangat tertarik sekali dengan keberadaan Orang Pendek Sumatra, beberapa peneliti telah mereka kirimkan ke kawasan tersebut. 

Sejauh ini, para saksi yang mengaku pernah melihat Orang Pendek menggambarkan ciri-ciri fisiknya sebagai makhluk yang berjalan tegap (berjalan dengan dua kaki / bipedal), tinggi badan sekitar satu meter (antara 85 cm hingga 130 cm) dan dipenuhi bulu diseluruh badannya. Bahkan tak sedkit pula yang menggambarkannya dengan membawa berbagai macam peralatan berburu, seperti semacam tombak, atau kapak batu. Eksistensi Orang Pendek sudah sangat lama terdengar sejak berabad-abad silam, sehingga hal itu menjadikannya sebagai salah satu legenda masyarakat disana. Dari ekspedisi yang beberapa kali di lakukan, umumnya ada suatu studi kasus mengenai klasifikasi pembagian saksi mata. Pertama saksi dari suku anak dalam, yaitu sekelompok orang yang tinggal disekitar areal Taman Nasional. Kemudian ada beberapa kelompok saksi mata dari orang desa lokal, kemudian beberapa kesaksian dari warga pendatang (Belanda) pada awal abad ke-20.

Cerita mengenai Orang Pendek sudah secara turun temurun dikisahkan didalam kebudayaan masyarakat Suku Anak Dalam. Mungkin bisa dibilang, mereka sudah sangat lama berbagi tempat dengan Orang Pendek di kawasan tersebut. Walaupun demikian, jalinan sosial diantara mereka tidak pernah ada. Sejak dahulu suku anak dalam bahkan tidak pernah menjalin kontak langsung dengan makhluk-makhluk ini, mereka memang sering terlihat, namun tak pernah sekalipun warga dari suku anak dalam dapat mendekatinya. Ada suatu kisah mengenai keputus-asaan para Suku Anak Dalam yang mencoba mencari tahu identitas dari makhluk-makhluk ini, mereka hendak menangkapnya namun selalu gagal. Pencarian lokasi dimana mereka membangun koloninya di kawasan Taman Nasioanal juga pernah dilakukan, namun juga tidak pernah ditemukan.

Di awal era 1900-an, dimana saat itu Indonesia masih merupakan jajahan Belanda, tak sedikit pula laporan datang dari para warga negara asing, namun yang paling terkenal adalah Kesaksian Mr. Van Heerwarden di tahun 1923. Van Heerwarden adalah seorang zoologis, dan disekitar tahun itu ia sedang melakukan riset di kawasan Taman Nasional Kerinci Seblat. Pada suatu catatan kisahnya, ia menuliskan mengenai pertemuannya dengan beberapa makhluk gelap dengan banyak bulu di badan. Tinggi tubuh mereka ia gambarkan setinggi anak kecil berusia 3-4 tahun, namun dengan bentuk wajah yang lebih tua dan dengan rambut hitam sebahu. Ia sadar bahwa mereka bukan sejenis siamang maupun perimata lainnya. Ia tahu makhluk-makhluk itu menyadari keberadaan dirinya saat itu, sehingga mereka berlarian menghindar. Satu hal yang membuat Heerwarden tak habis pikir, semua makhluk itu memiliki persenjataan berbentuk tombak dan mereka berjalan tegak. Semenjak itu, ia terus berusaha mencari tahu makhluk tersebut, namun usahanya selalu tidak berbuah hasil.

Sumber-sumber dari para saksi memang sangat dibutuhkan bagi para peneliti yang didanai oleh National Gographic untuk mencari tahu keberadaan Orang Pendek. Dua orang peneliti dari Inggris, Debbie Martyr dan Jeremy Holden sudah lama mengabadikan dirinya untuk terus menerus melakukan ekspedisi terhadap eksistensi Orang Pendek. Namun, sejak pertama kali mereka datang ke Taman Nasional Kerinci di tahun 1990, sejauh ini hasil yang didapat masih jauh dari kata memuaskan. Lain halnya dengan peneliti lainnya, Debbie dan Jeremy datang ke Indonesia dengan dibiayai oleh Organisasi Flora dan Fauna Internasional. Dalam ekspedisi yang dinamakan “Project Orang Pendek” ini, mereka terlibat penelitian panjang disana. Secara sistematik, usaha-usaha yang mereka lakukan dalam ekspedisi ini antara lain adalah pengumpulan informasi dari beberapa saksi mata untuk mengetahui lokasi-lokasi di mana mereka sering dikabarkan muncul. Kemudian ada metode menjebak pada suatu tempat dimana disana terdapat beberapa kamera yang selalu siap untuk menangkap aktivitas mereka. Rasa putus asa dan frustasi selalu menghinggapi diri mereka ketika hasil ekspedisi selama ini belum mendapat hasil yang memuaskan.

Sebuah "Missing Link" Dalam Pohon Kekerabatan Manusia
Beberapa pakar Kriptozoologi mengatakan bahwa Orang Pendek mungkin memiliki hubungan yang hilang dengan manusia. Apakah mereka merupakan sisa-sisa dari genus Australopithecus? Banyak ahli paleontologi mengatakan bahwa jika anggota Australopithecus masih ada yang bertahan hidup hingga hari ini, maka mereka lebih suka digambarkan sebagai seekor siamang. Pertanyaan mengenai identitas Orang Pendek yang banyak dikaitkan dengan genus Australopitechus ini sedikit pudar dengan ditemukannya fosil dari beberapa spesies manusia kerdil di Flores beberapa waktu yang lalu. Fosil manusia-manusia kerdil mirip Hobbit yang berjalan tegak inilah yang kemudian disebut sebagai Homo Floresiensis. Ciri-ciri fisik spesies ini sangat mirip dengan penggambaran mengenai Orang Pendek, dimana mereka memiliki tinggi badan tidak lebih dari 1¼ meter yang berjalan tegak dengan dua kaki dan telah dapat mengembangkan perkakas berburu sederhana serta telah mampu menciptakan api. Homo Floresiensis diperkirakan hidup diantara 35 ribu -18 ribu tahun yang lalu.

Apakah Orang Pendek benar-benar merupakan sisa-sisa dari Homo Floresiensis yang masih survive dijaman modern ini? Well, para peneliti belum dapat menjawabnya. Peneliti mengetahui bahwa setiap saksi mata yang berhasil mereka temui mengatakan lebih mempercayai Orang Pendek sebagai seekor binatang (spesies kera). Debbie Martyr dan Jeremy Holden juga mempertahankan pendapat mereka bahwa Orang Pendek adalah seekor siamang luar biasa, bukan hominid.

0 komentar :

Posting Komentar