Tahun Suram Maskapai Penerbangan Malaysia

Insiden hilanganya pesawat ini menjadi catatan kelam bagi dunia penerbangan Malaysia di penghujung tahun 2014 ini. Karena sebelumnya sudah terjadi dua kali kecelakaan pesawat dari maskapai penerbangan Malaysia di tahun yang sama.

Review Game: Crysis 3, Misi Menyelamatkan Bumi

Di awal permainan game Crysis 3 ini dikisahkan bahwa Prophet sedang tertidur di dalam Cryo­tube yang di sim­pan oleh CELL, perusahaan yang merancang dan membuat Nanosuite. Ia kemudian dibebaskan oleh Psycho, selaku pimpinan pemberontak yang tidak suka de­ngan CELL.

Satelit Buatan Indonesia Akan Diluncurkan Tahun Ini

Indonesia selama ini masih bergantung pada satelit buatan asing, karena memang satelit Indonesia masih dibuat di negara lain. Menanggapi hal tersebut, Kementrian Riset dan Teknologi (Kemenristek) berusaha untuk secepatnya mandiri.

Proyek PRISM, AS Mata-Matai Internet Dunia

Pemerintah Amerika serikat memberikan NSA akses ke data pengguna internet pada beberapa perusahaan teknologi untuk memata-matai aktivitas mereka. Proyek tersebut ialah PRISM, singkatan dari Planning Tool for Resource Integration, Synchronization and Management.

Thailand Juarai AFF Suzuki Cup 2014

Tim Nasional Thailand akhirnya memastikan diri menjadi kampiun AFF Suzuki Cup 2014 usai menang dengan agregat 4-3 atas Malaysia. Sebelumnya di babak final leg pertama yang diselenggarakan di Bangkok, Thailand unggul 2-0 atas Malaysia.

Jumat, 30 Agustus 2019

Review: Speaker Multimedia Edifier XM6PF

Speaker Multimedia 2.1 Edifier XM6PF
Edifier masih menjadi pemain utama di segmen speaker multimedia premium. Nama besar Edifier sudah tidak diragukan lagi dalam memproduksi speaker multimedia jempolan, dengan pengalaman selama puluhan tahun, Edifier telah dikenal sebagai produsen audio berkualitas tinggi. Kendati tidak se-tua Altec Lansing, tapi mereka sempat satu era dimana persaingan speaker multimedia lagi panas-panasnya (sekitar tahun 2005-2009). Dan secara pribadi, saya sudah lama mengenal merk ini di awal kemunculan era spekaer Edifier C1.

Di awal tahun ini Edifier kembali menelurkan sebuah produk speaker multimedia 2.1 untuk kelas entry level. Nama speaker tersebut adalah Edifier XM6PF (ada juga varian bersi bluetooth, yakni XM6BT), yang mana harganya selisih 120.000 rupiah saja dibanding versi wire. Dimensi packagingnya termasuk besar karena Edifier XM6PF ini sistem 2.1 dengan unit subwoofer 6.5 inci. Bobotnya juga lumayan, karena konstruksinya semua berbahan kayu. Mari kita lihat dulu penampakannya.
Kemasan Edifier XM6PF
Dengan warna dasar hitam, satelit speaker ini diberi aksen silver yang menurut saya look speaker ini cakep. Di taruh di meja di samping monitor terlihat enak aja gitu. Satelit ini terdiri dari 2 driver, 1 driver midrange 3 inci dan 1 tweeter 10 mm. Yang saya sayangkan adalah kabelnya yang permanen, panjangnya sih panjang banget, lebih dari cukup untuk standar meja PC. Tapi buat yang doyan ngoprek audio, kabel permanen ini agak menyulitkan seandainya ingin mengganti kabel yang lebih bagus, misalnya buat ganti karakter suara dan semacamnya. Unit subwoofernya menggunakan driver 6,5 inci dengan lubang port di sisi kiri.Sementara panel kontrol berada di sisi kanan. Di panel ini terlihat cukup ramai. Mulai dari tombol-tombol pengaturan, port input dan output ke satelit.

Dan seperti yang terlihat, ada slot SD CARD serta port USB sebagai konektivitasnya. Ini karena selain input audio “tradisional” melalui jack 3.5mm (AUX), speaker ini juga punya fungsi memutar file audio langsung dari storage memory card ataupun flashdisk. Bonus, ada fungsi FM Radio juga. Lumayan lengkap juga fitur yang dibawa oleh sepeaker ini.

Tombol Kontrol Speaker Edifier XM6PF
Edifier XM6PF ini menyediakan remote mini yang tentunya sangat berguna mengingat sudah pasti panel pada subwoofer ini nantinya susah dijangkau karena biasanya berada di bawah dan (ujung) belakang. Singkat cerita, setelah saya coba pasang di meja PC gw, langsung saja saya nyalakan. Saya menggunakan kabel stereo 3.5 mm yang disertakan. Kualitasnya terbilang standar sih, tapi sebelum saya pakai kabel custom, saya mau tahu dulu seperti apa suaranya dalam kondisi ‘standar’ dengan semua yang diberikan dari pabrikan.

Dan keluhan awal muncul. Kontrol volumenya full digital, yang artinya tidak ada indikator volume. Kalau biasa kita bisa putar volume misalnya, seperempat, atau setengah, di XM6PF ini tidak bisa tahu posisi persis itu. Jadi pakai kira-kira. Harusnya ada indikator berupa LED atau sejenisnya. Untungnya untuk volume subwoofer alias bass masih pakai knob putar dan saya set posisi di angka 10 yang menurutku sudah cukup.
Lanjut soal fitur ekstra seperti media player, baik slot USB ataupun slot SD Card nya bisa dipakai buat muter file audio langsung. Jenis format yang disupport adalah mp3 dan wma. Yup, kuno, karena sama sekali tidak mendukung format flac atau m4a (aac). Sementara untuk fitur FM Radio nya sangat sederhana, karena serba otomatis. Jadi kita tinggal scan, dan dia akan otomatis menangkap dan menyimpan channel dari stasiun radio yang didapat dengan jelas. Ya cukup lah buat selingan kalau memang lagi kepingin mendengarkan radio.

Kualias Suara
Impresi awal dengar lagu dengan XM6PF adalah jernih. Musik terdengar open, agak bright tapi terasa lepas tanpa kesan menusuk. Aku coba dengar lagi baik-baik, ketahuan kalau karakternya adalah lembut (warm). Buat musik ballad, slow, dan vokal, enak banget. Mayoritas lagu pop juga mengalir dengan indah. Kabar baiknya, tweeter pada unit satelit adalah driver beneran, bukan cuma hiasan doang. Ada lho yang tweeternya cuma hiasan doang buat tampang (misal: Logitech Z333). 
Tweeter Satellite Edifier XM6PF
Kekurangan dari speaker ini baru terlihat (atau terdengar) ketika diputarkan lagu rock atau lagu dengan dinamika tinggi. Tempo sih masih bisa mengejar, tapi gregetnya terasa kurang dapat misalnya greget renyah dari distorsi gitar.

Karakter lembut ini juga sampai ke sektor low alias bassnya. Subwoofernya ini bertenaga, dan bisa dibilang menggema, juga cukup bisa untuk main rendah (sub-bass), tapi tendangannya kadang terasa agak kurang. Semakin terasa ketika dicoba dengan film yang penuh dengan aksi tembakan dan ledakan, terasa ada greget yang kurang. Untungnya kalau mau ajeb-ajeb sih masih enak karena kontrolnya baik, dan cukup gesit.

Yang saya suka adalah staging dan separation-nya, top markotop. Untuk ukurannya, satelit kecil ini bisa menghadirkan staging yang mewah. Mendengarkan rekaman Live enak banget pakai speaker ini. Separasi instrumen pun tersaji dengan baik. Vokal juga maju meskipun agak kurang padat.

Tenaga total 48W mungkin terlihat kecil secara angka, tapi percayalah, untuk ukuran kamar, ini sudah lebih dari cukup. Bahkan kalau mau taruh di ruang keluarga dijamin sangat cukup tenaganya. Secara keseluruhan sih tonalnya memuaskan dan menyenangkan. Saya kasih nilai speaker ini 8/10.

Srikaya Biriba, Srikaya Unik Setengah Sirsak

Buah Srikaya Biriba Rollinia Deliciosa
Ngomong-ngomong soal buah-buahan, ada buah srikaya unik yang saya kira anda juga akan tertarik untuk menanamnya. Buah srikaya berbentuk setengah sirsak yang satu ini konon rasanya lezat, manis, lembut dan tidak semasam sirsak. Selain itu juga tanaman ini gampang dibudidayakan di pekarangan rumah, pohonnya juga tidak terlalu tinggi. Buah ini memiliki nama latin "Rollinia Deliciosa" atau lebih dikenal dengan nama srikaya biriba, atau orang sering menyebutnya dengan srikaya nanas. Ukuran buah srikaya nanas tiga kali lebih besar daripada ukuran srikaya pada umumnya dengan berat hampir mencapai 2 kg/buah. Hal inilah yang membuat buah ini mendapat julukan sebagai Srikaya Raksasa.

Ciri Fisik dan Karakteristik Tanaman
Buah biriba (Rollinia deliciosa) merupakan species tanaman custard apple, famili Annonaceae yang berasal dari Amerika Selatan bagian tropis. Tanaman ini dibudidayakan khusus untuk dimambil buahnya, yang dikenal sebagai buah biriba. Pohon biriba cepat tumbuhnya, suka sinar mahtahari, toleran terhadap banjir, tinggi tanaman bisa 4 sampai 8 meter. Buah biriba berbentuk kerucut atau bundar, berukuran besar (berat 1 sampai hampir 2 kg tiga kali lebih besar daripada srikaya biasa sehingga disebut juga srikaya raksasa), berwarna hijau ketika muda dan akan berwarna kuning ketika matang. Permukaan buah ditutupi duri lunak yang dapat rusak atau memar ketika diangkut atau dipegang tidak dengan hati-hati.
Keunikan lain dari srikaya jenis ini adalah meskipun memiliki buah berukuran besar, di dalam buahnya hanya terdapat sedikit biji sehingga lebih memuaskan bagi penikmat buah srikaya. Selain dapat dikonsumsi secara langsung, buah ini juga dapat diolah menjadi dessert, jus, dan campuran es krim. Tanaman buah yang memiliki nama ilmiah Rollinia Deliciosa ini sangat cocok ditanam pada daerah dataran rendah dan daerah dataran tinggi. Pohon dari tanaman ini dapat tumbuh mencapai tinggi 10 meter dan tahan terhadap genangan air.
Daunnya berbentuk menyirip dengan ukuran panjang mencapai 15 cm. Jika dirawat dengan baik, pohon srikaya nanas akan mulai berbuah saat sudah berumur 3 tahun setelah penanaman. Perawatan tanaman srikaya nanas juga tergolong mudah. Penyiraman dilakukan setiap 1 kali sehari (pagi hari) tergantung pada kondisi cuaca. Untuk pemupukan dapat dilakukan setiap 2 bulan sekali menggunakan pupuk NPK yang ditabur di sekitar tanaman. Jangan lupa juga untuk melakukan pembersihan gulma (tanaman penggangu) yang tumbuh di sekitar tanaman.

Manfaat
Selain perawatannya yang mudah, srikaya nanas juga termasuk kedalam jenis tanaman yang bersifat genjah (mudah berbuah). Dalam setahun, satu pohon srikaya jenis ini bisa dipanen hingga 2-3 kali dengan produktifitas buah sekitar 90-100 buah/pohon. Selain bentuknya yang unik, buah srikaya nanas juga kaya akan kandungan gizi seperti vitamin C, vitamin E, potassium dan magnesium. Mengkonsumsi buah ini secara rutin dipercaya mampu memberikan berbagai macam manfaat untuk kesehatan. Seperti:
  • Menurunkan kolesterol tinggi.
  • Melancarkan saluran pencernaan.
  • Mencegah asma.
  • Menurunkan hipertensi.
  • Mencegah penyakit jantung dan stroke.
  • Menjaga kesehatan tulang dan gigi.
  • Mencegah penuaan dini.
  • Mempercepat proses penyembuhan luka.
  • Meningkatkan sistem kekebalan tubuh.
  • Baik untuk kesehatan mata.
Bibit Pohon Tanaman Buah Srikaya Nanas Biriba
Klasifikasi dan Perawatan Tanaman
Nama ilmiah : Rollinia Deliciosa.
Asal daerah : Amerika Selatan.
Asal bibit : Okulasi / cangkok / biji
Tinggi pohon : 4 – 9 meter.
Rekomendasi dataran : Dataran rendah dan dataran tinggi
Kebutuhan sinar matahari : Secukupnya, minimal 6-8 jam/hari
Waktu berbuah : Mulai berbuah saat sudah berumur 3 tahun
Meida tanam : Ditanam pada tanah yang subur dan gembur
Tipe pertumbuhan : Tegak

Kamis, 29 Agustus 2019

Review: Penguat Sinyal Modem Omni Minimax G45

Antena Modem Portabel Omni Minimax G45
Tinggal di daerah pedesaan agak terpencil seperti saya terkadang kesulitan dalam mengakses internet, utamanya saat menggunakan modem. Bagaimana tidak, sinyal seluler 4G di tempat saya lemah. Paling-paling akses internet lumayan lancar di pagi hari, namun pada siang dan sore hari sering macet. Sejenak saya berpikir untuk membeli antena yagi untuk modem, namun saya sebenarnya tidak ingin memasang antena di luar rumah. Kemudian mencari antena modem portabel di e-commerce ternama milik Indonesia. Dan akhirnya sayapun menemukan produk antena modem tersebut. 

Adalah Omni Minimax G45, sebuah antena penguat sinyal modem portabel yang cukup bisa diandalkan. Dengan dimensi 12 cm x 24 cm dengan ketebalan 3 cm, antena modem portabel tersebut dapat mendongkrak kekuatan sinyal modem yang diperoleh. Tadinya sinyal modem XL di daerah saya paling cuma dapat 1-2 bar saja, namun setelah memakai antena ini sinyal modem jadi bertambah menjadi 2-3 bar, lumayan lah. Omni Minimax G45 berwarna putih, ukurannya yang ringkas memudahkannya untuk dibawa-bawa. Konektor kabelnya hanya mendukung colokan TS9 atau CRC9 saja. Untuk tipe colokan modem jenis lainnya anda harus mengganti sendiri colokan pada antena dengan colokan yang sesuai. Gain kekuatan sinyal yang didapat pun lumayan, sekitar 45 dbi.

Antena portabel tersebut dilengkapi dengan kabel MIMO (dual port) sepanjang 2 meter. Cukup lah untuk penggunaan di rumah. Akan lebih baik jika antena ini ditaruh di tempat yang agak tinggi, semisal digantung di tembok dengan ketinggian 2-2,5 meter atau ditaruh di atas lemari. Bobot antena ini juga cukup ringan, sekita 600 gram saja. Jika modem anda hanya memiliki satu port konektor antena, maka cukup salah satu kabel saja yang dicolokkan.

Berikut adalah modem yang cocok untuk Omni Minimax G45:
  • BOLT : Huawei E5372S Slim/ Max, ZTE MF825A
  • SIERRA : 312U, 313U, 320U, 340U, 341U, 330U, 753S, 754S, 760S, 762S, 763S, 785S, 782S, 770S, 771S, 781S, 778S
  • HUAWEI : E398, E392, E3272, E8278, E5373 ,E5775, E5372, E5375, E5377, K5005, E5573, E8372
  • ZTE : MF820, MF821, MF821D, MF823, MF825A, MF825C, MF827, MF75, MF93D, MF93E, MF95, ZTE Flare
  • VODAFONE : R215, R212, K5150, K5005, K5006Z
  • SMARTFREN : Andromax M2P (E5573)
Kemasan Omni Minimax G45Omni Minimax G45 Bagian Belakang
Mungkin ada juga seri modem baru lainnya yang memiliki konektor TS9 yang tidak tercantum dalam daftar di atas. Harga Omni Minimax G45 di e-commerce Tokopedia dibanderol antara 145.000 hingga 155.000 rupiah saja. Sebenarnya ada seri lain dari produk ini dengan spesifikasi di bawahnya, yakni Omni Minimax G28 yang menghasilkan gain sinyal 28 dbi, namun saya pikir produk ini kurang worthed untuk diboyong, tanggung, sementara harga cuma selisih Rp. 35.000 saja. Nah, itu dia solusi bagi anda yang ingin meningkatkan cakupan sinyal modem di rumah, selamat mencoba!

Rabu, 28 Agustus 2019

Review: Cougar MG110-W, Casing Minimalis Nan Elegan

Cougar MG110-W
Casing PC jaman sekarang pada umumnya sudah pada menggunakan RGB LED, tentunya ini hal yang diharapkan bagi penggemar PC blink-blink, namun ada sebagian pengguna PC yang tidak suka dengan case yang berkilau LED RGB, mereka menginginkan casing yang simpel namun tetap elegan. Karena bagi mereka case dengan RGB LED dianggap norak dan juga cahayanya menusuk mata. Jika anda orang yang menginginkan case PC yang elegan tanpa blink-blink lampu LED, maka cougar MG110-W adalah jawabannya. Ada 2 varian dari case ini, MG110 tanpa jendela kaca dan juga MG110-W dengan jendela kaca.

Cougar MG110-W sudah beredar di pasaran sejak beebrapa tahun silam, anda bisa mendapatkannya dengan merogoh kocek sekitar 500 ribu saja di e-commerce nasional. Impresi pertama ketika saya melihat case ini adalah kesan elegan dan minimalis, namun memiliki build quality yang cukup bagus untuk case PC di kelasnya (semisal jika dibandingkan dengan Armaggeddon Nanotron T1x). Secara fitur casing ini tidak ada yang istimewa, hanya ada fitur standar saja. Walau begitu, saya jamin anda tidak akan menyesal memboyong casing ini, anda tidak akan menemui kendala saat merakit PC anda, sebab Cougar telah mendesain casing ini dengan matang, baik dari ukuran / dimensi, penempatan maupun cable management-nya.

Fitur dan Spesifikasi
Berdasarkan informasi yang saya dapat dari situs resminya, berikut fitur dan spesifikasi lengkap dari Cougar MG110-W, sebagai berikut:
Tabel Spesifikasi Teknis Cougar MG110-W PC Case
Casing ini cuma mendukung motherboard dengan faktor bentuk micro-ATX dan juga mini-ITX saja, yang menarik adalah adanya sebuah slot drive bay 5,25". Secara ukuran, dimensi casing ini tergolong kompak yaitu (lebar x tinggi x pajang) = 18,8 x 37,8 x 41,1 (cm). Ketebalan casing tergolong sedang, sedikit lebih baik dibanding Armaggeddon nanotron T1x.

Paket Penjualan
Ketika pertama kali mendapati unit ini, box yang diberikan sangat baik. Cukup terlihat jelas produk casing tersebut pada box dan juga informasi yang diberikan. Ukurannya tidak bisa dibilang kecil, malah hampir sebesar casing-casing kelas value pada umumnya. Tidak butuh waktu lama, setelah saya membuka boxnya, selain casing hanya terdapat beberapa baut tambahan yang diberikan.

Kemudian pada casing ini sudah dibekali dengan sebuah kipas 12 cm yang cukup heninig di bagian exhaust belakang. Padahal banyak case kelas value yang tidak menyertakan satupun fan bawaan. 

Tampilan dan Desain
Case Cougar MG110-W tampak samping dalam
Dari segi desain, penampilan Cougar MG110-W terbilang elegan namun tetap dengan dimensi yang kompak. Dengan garis kotak nan tegas seakan mencitrakan casing ini adalah casing minimalis, dan warna hitam tidak mengkilap juga menambah kesan gaming yang cukup angker pada produk ini. Pada panel depan sih standar saja, ada sebuah mic dan headphone, tombol power dan reset, slot USB 2.0 dan USB 3.0 serta lampu indikator. 

Melongok ke bagian dalam casing, sudah terlihat jelas dukungan bentuk mobo yang bisa diasang, yakni micro-ATX dan mini-ITX.Sirkulasi udara pun dirancang dengan baik, maksimal bisa dipasang 5 buah kipas (2 di depan, 2 di atas dan 1 di belakang). Case ini juga mendukung water-cooling dengan ukuran 120 mm (belakang) atau 240 mm (depan).

Instalasi
Case Cougar MG110-W bagian dalam sampingPemasangan komponen PC dirasa sangat mudah dengan tool-less, termasuk pada bagian HDD. Tingkat presisi pun cuikup bagus, tidak ada kendala saat memasang semua komponen PC pada casing ini. Manajemen kabel pun terasa cukup baik, meskipun tidak terlalu memiliki space yang luas. Disarankan untuk memakai PSU dengan kabel modular atau semi-modular agar lebih baik dalam pemasangan kabelnya. Ada satu kekurangan yang saya rasakan, yaitu tidak adanya dust filter di bagian atas casing, biasanya produsen lain memberikan dust filter bermagnet untuk melindungi grill bagian atas casing dari debu.

Pemasangan kartu grafis dengan panjang 30-an cm pun bisa muat di casing ini, sungguh luar biasa. Untuk HSF maksimal mentok panjanya 15 cm, ini saya rasa cukup baik. Tipe power supply pada casing ini adalah power supply standar ATX (power supply yang umum untuk pasar PC kebanyakan).

Kesimpulan
Case kelas value ini cukup bagus dalam hal dimensi kompak dan fitur yang disuguhkannya. Kesan elegan dan simpel adalah nilai plus dari casing ini, selain itu juga dapat memuat VGA klas berat di dalamnya. Satu lagi yang bagus adalah tersedianya drive bay 3.5" pada case ini, sehingga anda tak perlu khawatir jika ingin melengkapi PC anda dengan DVD drive maupun bluray drive. Kabel management yang rapi dan juga sirkulasi udara yang baik menjadikan PC ini layak untuk anda miliki. 
Cougar MG110-W nampak belakang




















Disamping kelebihan, ada juga sedikit kekurangan pada case ini, yaitu tidak adanya dust filter pada grill bagian atas casing. Dengan harga yang bersahabat (Rp. 500.000,-) saya rasa casing ini telah memberikan daya tawar yang bagus jika anda ingin sebuah casing yang kompak dengan build quality kelas menengah, namun tanpa blink-blink RGB LED.

Selasa, 27 Agustus 2019

Rekomendasi Speaker Terbaik Di bawah 1 Juta (Tahun 2019)

Memilih speaker multimedia untuk komputer itu sebenarnya gampang-gampang susah, sesuaikan saja dengan anggaran yang ada. Tiap produk pasti memiliki sisi plus dan juga minus, jadi jarang ada speaker yang sempurna 100 persen. Anda pastinya sering bingung dan galau jika hendak membeli speaker yang bagus, sebab akan ada banyak pertimbangan selain masalah budget. Nah, kali ini saya akan memberikan rekomendasi speker multimedia dengan harga 700.000 hingga 1 juta. Dijamin kualitasnya tidak akan mengecewakan anda.

Apa saja sih speaker multimedia yang layak untuk di beli di kisaran rentang harga 1 juta ke bawah? Saya akan berikan uraian singkat speaker-speaker terbaik di kisaran harga tersebut. Urutan yang terbaik adalah dari urutan nomor 1. 

1. Thonet & Vander Grub 2.1
Ini dia jawara spekae multimedia 2.1 dari pabrikan T&V Jerman. Dengan mengusung konsep retro, spekaer ini memiliki kinerja yang ciamik, detil suara juga bagus, staging cukup luas serta hentakan bass yang sangat mantap, dilengkapi juga dengan tweeter yang mumpuni. Pokoknya speaker ini nyaris sempurna. Dengan daya 48 watt RMS saya kira ini cukup besar untuk digunakan di kamar anda. Hampir tidak ada sisi minus dari speaker ini, saya jamin anda tidak akan menyesal untuk memboyongnya.
Speaker T&V Thonet & Vander Grub 2.1
Overall, suara thonet & vander .grub (retro edition) ini jauh dari apa yang bisa dikeluarkan oleh (katakanlah) Sonic Gear Titan 5. Treble dan mid yang dapat dengan akurat menjalankan tugasnya dan dibekali dengan bass yang nendangnya bikin getar dada. Walaupun memang sedikit memiliki kekurangan pada frekuensi rendah, tetap saya rekomendasikan speaker ini kepada semua orang yang ini mencari speaker harga 1 jutaan namun memiliki kualitas yang sangat baik.

Rating: 83%
Harga: Rp. 1 juta

2. Edifier XM6PF
Impresi awal dengar lagu dengan XM6PF adalah jernih. Musik terdengar open, agak bright tapi terasa lepas tanpa kesan menusuk. Gw coba dengar lagi baik-baik, ketahuan kalau karakternya adalah lembut. Buat musik ballad, slow, dan vokal, enak banget. Mayoritas lagu pop juga mengalir dengan indah. Kabar baiknya, tweeter pada unit satelit adalah driver beneran, bukan hiasan doang. Kekurangan dari speaker ini baru terlihat (atau terdengar) ketika diputarkan lagu rock atau lagu dengan dinamika tinggi.
Speaker 2.1 Edifier XM6PF
Karakter lembut ini juga sampai ke sektor low alias bassnya. Subwoofernya ini bertenaga, dan bisa dibilang membahana, juga cukup bisa untuk main rendah (sub bass), tapi tendangannya kadang terasa agak kurang. Semakin terasa ketika dicoba dengan film yang penuh dengan aksi tembakan dan ledakan. Ada greget yang kurang. Untungnya kalau mau ajeb-ajeb sih masih enak karena kontrolnya baik, dan cukup gesit. Tenaga total 48W mungkin terlihat kecil secara angka, tapi percayalah, untuk ukuran kamar standar, lebih dari cukup. Bahkan kalau mau taruh di ruang keluarga dijamin sangat cukup tenaganya.

Untuk ukuran speaker multimedia, Edifier XM6PF menghadirkan solusi audio yang menarik terutama untuk pengguna PC karena mayoritas target speaker multimedia adalah pengguna PC.

Rating: 81%
Harga: Rp. 900.000

3. SonicGear Armaggeddon A3
Merk yang dimiliki oleh LeapFrog Global Singapura ini bisa dibilang best budget jika dilihat dari harga dan spesifikasi kebanyakan speakernya yang beredar dipasaran. Jika dibandingkan dengan Simbadda speaker keluaran merk ini rata-rata memiliki suara yang lebih memukau terutama bass-nya yang khas serta kualitas finishing yang lebih baik. Salah satu seri dari merk ini adalah Armageddon A3 yang mana harganya sangat terjangkau di kantong, selain itu juga daya speaker ini tidak terlalu besar, yakni sebesar 46 watt.
Spekaer SonicGear Armaggeddon A3
Bentuk subwoofer yang terkesan sederhana dengan dihiasi led berwarna oranye disekitar grill membrannya dan terdapat kontrol volume, bass dan treble pada bagian kiri bawah, untuk interkoneknya terdapat dua pasang interkonek rca yang digunakan untuk input maupun output speaker. Sedangkan satelit speaker yang menghadap kedepan terkesan lebih bagus dari subwoofernya serta mencerminkan power yang dibawa speaker tersebut, pada setiap satelit terdapat sebuah driver middle dan sebuah driver tweeter yang dihiasi dengan grill berbentuk bulat.

Dalam pengujian yang saya lakukan menggunakan soundcard laptop dan kabel interkonek bawaannya, didapatkan suara dengan karakter warm bright dengan rincian separasi lumayan, staging luas, bass boomy tapi mantap, detail lumayan, dan treble cenderung menusuk. Bagi beberapa orang yang tidak menyukai treble menusuk bisa mengurangi volume treble-nya. Secara keseluruhan suara yang dihasilkan bagus untuk hampir sebagian besar genre musik.

Rating: 78%
Harga: Rp. 680.000

4. Edifier R1280T
Kalau anda mencari speaker dengan konfigurasi 2.0 atau sering disebut juga bookshelf, makan Edifier R1280T layak anda pertimbangkan. Ada beberapa orang yang berpendapat speaker 2.0 sangat cocok untuk mengengarkan musik-musik akustik dan juga jazz. Memang bass dari spekaer jenis 2.0 tidak se-menggelegar spekaer 2.1, namun saya yakin dengan daya 40 watt RMS dijamin anda puas mendengarkan bass-nya.
Speaker 2.0 Edifier R1280T Bookshelf
Karakter dari speaker Edifier ini tergolong bright, suara jelas dan cetar, namun bass agak kurang dentumannya, maklum ini adalah speaker 2.0. Tidak semua orang butuh speaker dengan bass yang menggelegar. Namun speaker memiliki staging yang bagus dan kualitas suara yang dihasilkan sangat jernih. Anda serasa mendengar penyanyi aslinya sedang bernyanyi di hadapan anda.

Rating: 77%
Harga: 950.000

5. Logitech Z333
Ini dia produk dari perusahaan ternama, logitech yang berbasis di Eropa. Reputasi dan kredibilitas pabrikan ini tak usah diragukan lagi, pengalamannya sudah puluhan tahun di bidang periferal PC & speaker. Spekaer logitech Z333 adalah spekaer yang cukup mumpuni untuk aktivitas multimedia di kamar anda, dengan daya 40 watt RMS sudah cukup besar untuk penggunaan di ruangan kamar. Bentuknya cukup simple namun terlihat elegan dan solid adalah nilai plus dari speaker ini.
Speaker Logitech Z333
Kualitas dan detil suara yang cukup prima adalah ciri khas logitech, dentuman bass pun cukup oke dan lumayan bertenaga. Separasi pun cukup baik, hanya saja ada satu kekurangan yang menurut saya cukup kentara yaitu, untuk suara-suara yang tinggi sekali (ultra-treble) sepertinya sengaja diredam oleh speaker ini. Sehingga saya mendengar treble yang sangat tinggi di speaker ini terasa mendem. Namun secara overall saya kira speker ini layak untuk anda beli.

Rating: 76%
Harga: Rp. 770.000

6. Edifier M1386
Jika anda memerlukan speaker yang tidak memakan tempat dan daya kecil untuk multimedia kamar anda, saya rasa Edifier M1386 adalah pilihan yang tepat. Dengan daya hanya 30 watt RMS, tagihan listrik anda tidak akan jebol. Speaker ini berbentuk kotak compact dan satelitnya yang menghadap sedikit keatas, serta subwoofer yang berbentuk kotak dengan drivernya yang tertutup kesing membuat membran aman dari gangguan benda asing.
Speaker Edifier M1386
Kontrol volume suara pada speaker ini terletak pada pod kontrol dimana terdapat enam tombol, 3 untuk mengatur suara, 1 untuk mode input, dan 2 untuk mengganti channel radio atau musik. Untuk kontrol bass terdapat knob pada bagian samping subwoofer yang sekaligus terdapat tombol untuk menyalakan dan mematikan speaker. Sementara untuk kontrol treble tidak ada. Speaker ini memiliki fitur dasar yang dimiliki speaker kebanyakan di pasaran, ditambah fitur input melalui usb dan sd card. Serta radio untuk menghibur kita dikala sudah bosan dengan koleksi musik yang ada.

Dalam pengujian yang saya lakukan menggunakan soundcard laptop maupun DAC, didapatkan suara yang hampir sama, dengan karakter suara natural, staging luas, deep bass tapi kurang mantap untuk basshead, detail bagus, dan treble mantap. Kualitas kabel interkonek bawaan Edifier sangat bagus meskipun menempel di subwoofer. Speaker ini lebih cocok untuk memutar musik akustik.

Rating: 75%
Harga: Rp. 925.000

7. Microlab TMN-9U
Speaker Microlab TMN-9U, merupakan speaker 2.1 yang sangat bertenaga serta menggunakan bahan dasar kayu yang sangat berkualitas, sehingga menghasilkan suara yang berkelas. Bahan material dari kayu juga menambah nilai estetika dan membuat desain speaker MICROLAB TMN-9U ini terlihat lebih elegan. Terdapat input USB dan SD card sebagai player multimedia dimana Anda dapat memainkan file musik atau lagu secara langsung dari flashdisk / SD Card.
Speaker Microlab TMN-9U Multimedia 2.1
Speaker Microlab TMN-9U memiliki total output power hingga 40W, dengan masing – masing speaker satellite memiliki daya 12W dan subwoofer sebesar 16W dengan rentang frekuensi 35 Hz – 20 kHz. Kedua satellite dilengkapi dengan pelindung magnetic sehingga aman diletakkan di sebelah TV atau monitor tanpa menimbulkan gangguan pada layar. Selain untuk menikmati lagu favorit, speaker ini juga cocok untuk kebutuhan home theater dalam menikmati film atau bermain game serta menunjang kebutuhan kantor dalam presentasi audio visual.

Satu kelemahan dari speaker ini adalah kualitas suara treble yang dirasa kurang menggigit, tweeter pada speker ini pun nampak kurang impresif, masih "malu-malu" untuk mengeluarkan suaranya. Namun dengan harga yang sangat terjangkau saya kira speaker ini layak untuk anda boyong.

Rating: 74%
Harga: Rp. 650.000

8. Altec Lansing VS2621
Speaker Altec Lansing VS2621 ini cocok untuk orang yang mencari speaker dengan desain keren dan tidak memakan banyak tempat, dengan kualitas suara yang bagus dan harga yang sangat terjangkau. Speaker Altec Lansing selalu memiliki desain yang nyentrik, bentuk satelitnya yang agak sedikit menghadap keatas dapat menghantarkan suara langsung ke telinga kita, serta subwoofer yang menghadap ke samping nantinya akan memberikan frequensi rendah yang lebih terasa. Tombol untuk kontrol volume suara pada speaker ini terletak pada salah satu satelit speaker yang terdapat led indikator. Untuk kontrol bass dan treble tidak ada dan diganti oleh knob tone kontrol yang digunakan untuk menaikkan maupun menurunkan kombinasi antara bass dan treble .
Altec Lansing VS2621 Spekaer Multimedia 2.1
Speaker ini berbahan plastik pada dua satelitnya. Meskipun begitu kualitas dari plastik yang digunakan bagus, dudukan subwoofer kayu yang terbuat dari plastik menambah kualitas bass menjadi lebih tajam. Untuk kabel interkonek bawaan Altec tertanam dalam speaker sehingga apabila terjadi kerusakan harus membongkar speaker terlebih dahulu, meskipun begitu ada jack tambahan yang dapat digunakan. 

Dalam pengujian yang saya lakukan menggunakan soundcard laptop maupun DAC, didapatkan suara yang kurang lebih sama, dengan karakter suara warm, staging luas, bass diatas speaker seharganya, detail lumayan, dan treble mantap.

Rating: 72%
Harga: Rp. 675.000

Selasa, 20 Agustus 2019

Boram, Encoder Video AV1 Lintas-Platform Gratisan

Setahun yang lalu format video AV1 resmi diluncurkan, kualitas video yang sangat jernih dan ukuran file yang mampat menjadi kelebihan format video AV1 ini. Belum banyak orang yang memakai codec AV1 di internet, masih ada berbagai kendala dalam pemanfaatan coden terbaru ini, misalnya saja kebutuhan hardware yang cukup berat, apalagi bagi platform mobile (seperti gadet, smartphone atau tablet). Namun meskipun begitu, codec ini saya yakini akan menjadi codec yang bakalan banyak dipake di beberapa tahun mendatang.

Oleh sebab itu mulai saat ini kita harus bersiap-siap untuk menyambut format video yang ultra-efisien ini. Tapi, apakah sudah ada software yang bisa meng-encode video AV1, karena sejauh ini para developer software baru mendukung format AVC, VP9 dan HEVC? Memang sih, baru sedikit sekali developer software yang men-support codec video AV1, salah satunya adalah Boram.

Boram adalah software untuk encode, konversi, dan editing video AV1, selain AV1 juga mendukung format lainya, seperti: HEVC, VP9 dan codec audio AAC serta Opus. Boram sepertinya merupakan proyek individu yang dikerjakan dengan basis webm.py, phyton dan ffmpeg, namun Boram sudah dilengkapi dengan GUI yang cukup bisa digunakan oleh kalangan semi-profesional. Walaupun tampilannya belum ramah bagi orang awam, karena ada beebrapa settingan yang harus memakai command-line, namun saya rasa untuk sekedar konversi video cukup mudah digunakan oleh orang awam sekalipun. Anda hanya perlu jam terbang dan perbandingan dari beberapa hasil encoding yang sudah anda lakukan hingga menemukan setelan terbaik. 

Boram adalah opensource dan juga freeware, jadi anda bisa dapatkan secara gratisan. Mendukung platform windows, Linux dan MacOS. Berikut ini adalah antar-muka pengguna Boram versi 0.5.6

Nah, bagi kamu yang ingin mengunduh softrawe Boram versi terbaru, silahkan klik pada tautan berikut ini, download Boram v0.5.6

AV1, Codec Video Ultra Efisien Masa Depan

Setelah di akhir tahun 2013 diluncurkan codec video yang efisien bernama hevc, maka di tahun 2018 kemarin proyek codec video yang lebih efisien daripada HEVC telah dirilis secara resmi. Codec tersebut dinamakan AV1 (bukan AVI lho..), ini merupakan format pengkodean video terbuka bebas royalti yang dirancang untuk transmisi video melalui Internet. Ini dikembangkan oleh Alliance for Open Media (AOMedia), sebuah konsorsium perusahaan dari industri semikonduktor, penyedia video on demand , produsen konten video, perusahaan pengembangan perangkat lunak dan vendor browser web, yang didirikan pada tahun 2015. Spesifikasi bitstream AV1 mencakup referensi codec video. Ini dapat memiliki kompresi data 20% lebih tinggi dari VP9 atau HEVC /H.265 dari Moving Picture Experts Group (MPEG) dan sekitar 50% lebih tinggi daripada AVC yang banyak digunakan.
AV1 diumumkan dengan pembentukan Alliance for Open Media pada 1 September 2015. Ini adalah untuk menggabungkan teknologi dan keahlian anggotanya untuk menciptakan format video bebas-royalti yang lebih baik dengan kualitas yang, singkatnya, cocok untuk web menggunakan. Secara khusus, Google, Mozilla dan Cisco sudah memiliki proyek penelitian yang sedang berlangsung menjadi video bebas-royalti saat ini, yaitu VP10, Daala dan Thor.

Pengumuman tepat waktu dari AV1 disambut oleh pengamat industri sebagai pintu keluar dari lisensi HEVC; tanda pertama bahwa harga HEVC akan berada di stadion baseball yang berbeda dari AVC telah datang dengan tawaran lisensi awal HEVC Advance pada 21 Juli 2015, 42 hari sebelumnya. Pengembangan Thor Cisco dimulai sebagai tanggapan terhadap HEVC yang dianggap tidak dapat digunakan untuk produk-produk open source dan didistribusikan secara bebas, tetapi karya Google dan Mozilla (sebelumnya di bawah Xiph) tentang video bebas-royalti mendahului acara ini ( oleh satu dekade dalam kasus Xiph), dan tidak disebabkan oleh masalah lisensi HEVC, meskipun pasti juga dilihat sebagai masalah oleh Mozilla. AV1 dimaksudkan untuk digunakan dalam video web HTML5 dan WebRTC bersama dengan format audio Opus .

Latar Belakang
Pengumuman resmi AV1 datang dengan siaran pers tentang pembentukan Alliance for Open Media pada 1 September 2015. Tujuh anggota pendiri Aliansi - Amazon, Cisco, Google, Intel, Microsoft, Mozilla dan Netflix - mengumumkan bahwa fokus awal dari format video adalah pengiriman video web berkualitas tinggi. Motivasi Aliansi untuk menciptakan AV1 termasuk biaya tinggi dan ketidakpastian terkait dengan lisensi paten HEVC , codec yang dirancang MPEG yang diharapkan akan menjadi suksesor AVC. Dengan standar MPEG sebelumnya, teknologi dalam standar tersebut dapat dilisensikan dari satu entitas - MPEG-LA - tetapi dua tahun setelah standar HEVC selesai, dua kumpulan paten telah dibentuk dengan sepertiga. satu di jalan. Selain itu, berbagai pemegang paten tidak menawarkan paten melalui kedua kumpulan, meningkatkan ketidakpastian tentang lisensi HEVC. Menurut Ian LeGrow dari Microsoft, sebuah sumber terbuka, teknologi bebas-royalti dipandang sebagai cara termudah untuk menghilangkan ketidakpastian seputar perizinan ini.

Efek negatif dari lisensi paten pada perangkat lunak bebas dan open-source juga telah dikutip sebagai alasan untuk penciptaan AV1. Misalnya, membangun implementasi H.264 ke dalam Firefox akan mencegahnya didistribusikan secara gratis karena biaya lisensi harus dibayarkan ke MPEG-LA. Free Software Foundation Eropa berpendapat bahwa praktik perizinan paten FRAND membuat penerapan standar perangkat lunak bebas menjadi tidak mungkin karena berbagai ketidakcocokan dengan lisensi perangkat lunak bebas.

Meningkatnya penggunaan V1 pendahulu AV1 juga dikaitkan dengan kepercayaan pada Aliansi dan pengembangan AV1. 

Akar proyek mendahului Aliansi. Kontributor individual memulai platform teknologi eksperimental bertahun-tahun sebelumnya: Daala Xiph / Mozilla sudah menerbitkan kode pada 2010, proyek evolusi VP9 eksperimental Google VP10 diumumkan pada 12 September 2014, dan Cisco's Thor diterbitkan pada 11 Agustus 2015. Membangun basis kode dari VP9, AV1 menggabungkan teknik tambahan, beberapa di antaranya dikembangkan dalam format eksperimental ini. Versi pertama 0.1.0 dari codec referensi AV1 diterbitkan pada 7 April 2016.

Martin Smole dari anggota AOM Bitmovin mengatakan bahwa efisiensi komputasi dari encoder referensi adalah tantangan terbesar yang tersisa setelah pembekuan format bitstream. Saat masih mengerjakan format, encoder tidak ditargetkan untuk penggunaan produktif dan tidak menerima optimasi kecepatan apa pun. Oleh karena itu, ia bekerja dengan urutan yang lebih lambat daripada misalnya pengkodean HEVC yang ada. Pengembangan dialihkan fokusnya ke pematangan encoder referensi setelah pembekuan. Pada bulan Maret 2019, dilaporkan bahwa kecepatan encoder referensi jauh lebih cepat, dekat dengan atau dalam urutan yang sama besarnya seperti encoders biasa untuk format umum lainnya. 

Tujuan Ciciptakan Codec AV1
AV1 bertujuan untuk menjadi format video untuk web yang canggih dan bebas royalti. Misi Alliance for Open Media sama dengan misi proyek WebM. Untuk memenuhi tujuan bebas royalti, proses pengembangan sedemikian rupa sehingga tidak ada fitur yang diadopsi sebelum diperiksa secara independen untuk tidak melanggar paten perusahaan yang bersaing. Dalam kasus di mana bekerja di sekitar teknik yang dilindungi paten tidak dimungkinkan, pemilik paten yang relevan telah diundang untuk bergabung dengan Aliansi, bahkan jika mereka sudah menjadi anggota kumpulan paten lain. Sebagai contoh, anggota Alliance Apple, Cisco, Google, dan Microsoft juga pemberi lisensi dalam kumpulan paten MPEG-LA untuk H.264. Selain itu, Aliansi memiliki dana pembelaan hukum untuk membantu anggota Aliansi yang lebih kecil atau pemegang lisensi AV1 jika mereka dituntut.

Ini kontras dengan pesaing utamanya HEVC , di mana peninjauan terhadap hak kekayaan intelektual (IPR review) bukan bagian dari proses standardisasi. Praktik peninjauan terakhir ditetapkan dalam definisi standar terbuka ITU-T .

Kemungkinan adanya paten yang belum diketahui telah menjadi perhatian berulang di bidang format multimedia bebas-royalti;kekhawatiran telah diajukan mengenai AV1, dan sebelumnya VP9, Theora dan IVC. Masalah paten yang tidak terduga bukanlah unik untuk format bebas-royalti, tetapi secara unik mengancam status mereka sebagai bebas-royalti. Sebaliknya, penghindaran HKI secara tradisional tidak menjadi prioritas dalam model bisnis MPEG untuk format yang mengandung royalti (meskipun ketua MPEG berpendapat bahwa hal itu harus diubah).
Teknologi pengkodean AV1

Kesimpulan
Saya sudah melakukan percobaan dengan meng-encode sebuah video beresolusi Full HD (1080p) dari sumber bluray, dan hasilnya amazing, dengan ukuran yang relatif kecil namun hasil video yang didapat tetap jernih. Kira-kira perbandingan ukuran video dengan kualitas yang setara:
AVC (h.264) --> 150mb
HEVC (h.265) --> 125mb
VP9 ---> 115mb
AV1 ---> 100mb

Berikut adalah contoh video yang di-encode dengan codec AV1:

Opus; Format Audio Masa Depan

Dalam dunia digital dan internet yang semakin maju, kita sering menonton video, baik secara online maupun offline. Namun pernah nggak sih kamu perhatiin kualitas suara pada video tersebut? Jaman sekarang memang yang paling banyak digunakan dan paling populer adalah format audio AAC. Memang sih format audio AAC memiliki kelebihan dan juga lebih baik dibanding dengan format mp3. Nah, pertanyaannya, adakah format audio lain yang lebih baik dibandingkan dengan AAC? Tentu saja ada, yaitu format audio "opus".


Apa kelebihan codec Opus?

Kalau tidak salah format audio Opus dikembangkan oleh IETF codec sejak tahun 2011. Opus adalah audio codec terbaru yang kualitasnya diklaim mampu mengungguli kualitas MP3 dan AAC terutama pada bitrate yang rendah. Opus juga diklaim memiliki latency nya yang rendah: 20 ms, yang membuatnya cocok untuk komunikasi telepon, videokonferensi, chatting, dan live radio digital tanpa gangguan patah-patah seperti pada audio codec lainnya.
Opus menggabungkan teknologi dari dua format koding audio yang lain, yaitu the SILK yang berorientasi pada vokal manusia dan dengan CELT suatu format berlatensi rendah.
Faktor berikut adalah mengapa Opus dianggap lebih baik dibanding codec lainnya:
1. Opus dapat diatursesuaikan secara mulus antara bitrate tinggi ataupun rendah, secara internal, perubahannya di antara koding prediktif yang linear pada bitrate rendah dan koding transformasi pada bitrate yang lebih tinggi (serta mode hibrida pada kasus frekuensi sekilas yang saling beririsan).
2. Opus memiliki waktu tunda algoritmik yang sangat rendah (secara bawaan adalah 26,5 ms),
3. yang mana waktu tunda yang rendah merupakan hal yang utama dalam penggunaan hubungan komunikasi berlatensi rendah, yang menjadikan suara percakapan terdengar alami, gegas dalam pertunjukan langsung secara jaringan, atau lip-sync pada siaran langsung. Opus memungkinkan opsi penurunan kualitas atau bitrate dengan tujuan untuk mencapai penundaan algoritmik yang lebih kecil lagi, hingga ke 5 ms. Waktu tunda yang sangat rendah jika dibandingkan dengan format musik populer lainnya seperti MP3, Ogg Vorbis dan HE-AAC yang membutuhkan waktu tunda lebih dari 100 ms; meski begitu performa Opus tetap dapat bersaing secara kompetitif dalam kualitas per bitratenya.
4. Opus telah menunjukan kualitas yang sangat baik pada setelan bitrate rendah, sedangkan pada setelan bit rate yang tinggi, ia mampu bersaing kompetitif dengan format audio lain yang memiliki waktu tunda lebih tingi, seperti HE-AAC dan Vorbis.
5. Tidak seperti Ogg Vorbis, sesama format audio terbuka yang lain, Opus tidak memerlukan definisi codebooks yang besar untuk setiap satuan tunggal berkasnya, membuat Opus lebih diunggulkan dalam klip audio berdurasi pendek dibandingkan Vorbis.
Apakah codec ini sudah banyak didukung di banyak perangkat?
Kebanyakan perangkat lunak pemutar media bergantung pada kodek multimedia yang disediakan oleh sistem operasinya. Kodek Opus secara asal dapat diterapkan pada kebanyakan framework untuk sistem operasi Unix-like, termasuk GStreamer, FFmpeg dan pustaka Libav. Pada lingkungan Windows dapat dilakukan dengan memasang tambahan melalui pihak ketiga. Perangkat lunak pemutar audio yang mendukung diantaranya AIMP, Amarok, Audacious, foobar2000, MusicBee, SMplayer, VLC, Winamp; perangkat lunak untuk audio streaming Icecast, Liquidsoap dan Airtime; dll. 

Untuk segi hardware, format Opus dapat dimainkan dibeberapa pemutar media yang mendukung seperti, Rockbox versi 3.13 ke atas, termasuk produk dari seri iPod oleh Apple, Sandisk, Android, dan Chromecast.

Kesimpulan
Opus adalah codec yang sangat efisien dan efektif untuk kualitas audio dengan bitrate 128 kbps, suara sangat jernih dan ukuran file juga bisa sangat mampat (kecil). Saya pun sudah mengujinya dengan beberapa variabel, dan hasilnya sangat mengesankan untuk kualiast audio di bawah 160 kbps. 

*) Tips bagi Encoder Video
Jadi kalau kamu ingin meng-encode video dengan codec audio Opus baiknya untuk kualitas stereo (2 chanel) setting di bitrate 128 kbps, untuk audio 6 channel setting di 160 kbps-192 kbps. Dan untuk audio 8 channel setting bitrate di 224 kbps.