Tahun Suram Maskapai Penerbangan Malaysia

Insiden hilanganya pesawat ini menjadi catatan kelam bagi dunia penerbangan Malaysia di penghujung tahun 2014 ini. Karena sebelumnya sudah terjadi dua kali kecelakaan pesawat dari maskapai penerbangan Malaysia di tahun yang sama.

Review Game: Crysis 3, Misi Menyelamatkan Bumi

Di awal permainan game Crysis 3 ini dikisahkan bahwa Prophet sedang tertidur di dalam Cryo­tube yang di sim­pan oleh CELL, perusahaan yang merancang dan membuat Nanosuite. Ia kemudian dibebaskan oleh Psycho, selaku pimpinan pemberontak yang tidak suka de­ngan CELL.

Satelit Buatan Indonesia Akan Diluncurkan Tahun Ini

Indonesia selama ini masih bergantung pada satelit buatan asing, karena memang satelit Indonesia masih dibuat di negara lain. Menanggapi hal tersebut, Kementrian Riset dan Teknologi (Kemenristek) berusaha untuk secepatnya mandiri.

Proyek PRISM, AS Mata-Matai Internet Dunia

Pemerintah Amerika serikat memberikan NSA akses ke data pengguna internet pada beberapa perusahaan teknologi untuk memata-matai aktivitas mereka. Proyek tersebut ialah PRISM, singkatan dari Planning Tool for Resource Integration, Synchronization and Management.

Thailand Juarai AFF Suzuki Cup 2014

Tim Nasional Thailand akhirnya memastikan diri menjadi kampiun AFF Suzuki Cup 2014 usai menang dengan agregat 4-3 atas Malaysia. Sebelumnya di babak final leg pertama yang diselenggarakan di Bangkok, Thailand unggul 2-0 atas Malaysia.

Selasa, 17 September 2019

Apa Tujuan Gerakan Hizbut Tahrir Sebenarnya? Benarkah Untuk Pembebasan Palestina?

Tujuan Gerakan Hiabut Tahrir Indonesia
Inilah balada si ormas terlarang. Didirikan di Palestina tapi nyaris tak pernah berbuat apapun untuk Palestina. Kelompok pengusung utopia Khilafah Hizbut Tahrir tak punya peran apapun bahkan di perpolitikan Palestina sendiri. Tapi bendera mereka bertaburan dikibarkan di demo hari ini menyaingi banyaknya bendera Palestina itu sendiri. Asal anda tahu, di Palestina sendiri ada banyak faksi muqawwamah (perlawanan), mulai dari yang Islamis sampai yang Komunis. Dan tak ada satupun dari mereka yang bertujuan mendirikan Khilafah.

4 faksi besar Palestina seperti Hamas, Fatah, PFLP dan Islamic Jihad Palestine dengan sayap militer masing-masing seperti Brigade Izzudin al Qassam (Hamas), Brigade Syuhada al Aqsha (Fatah), Brigade al Quds (IJP) dan Brigade Abu Ali Mustafa (PFLP) tak ada satupun dari mereka yang mengusung ideologi Khilafah. Mereka berpaham nasionalis/islamis yang bukan ingin mewujudkan Khilafah, tapi mengembalikan negara Palestina berdaulat dengan teritori mandatory pre-1948.

Lucunya, di negara ini Hizbut Tahrir menyusup di tiap acara demo Palestina. Bendera mereka dikibarkan dimana-mana, seakan-akan mereka yang paling terdepan dalam pergerakan pembebasan Palestina. Seakan mereka yang paling siap mati untuk Palestina.

Stop bermimpi! Hizbut Tahrir bukan siapa-siapa. Mereka bahkan sudah dilarang di mayoritas negara Timur Tengah (termasuk Turki dan Saudi). Walau didirikan di Palestina 5 tahun setelah pendudukan Israel, kemerdekaan Palestina bukanlah prioritas utama mereka. Hal ini dikatakan sendiri oleh Musab Abu Arqoub pimpinan Hizbut Tahrir di Palestina. Berikut kutipannya:

"Abu Arqoub, a member of Hizb ut-Tahrir’s media office, said that the 63-year-old Islamist party, founded by Palestinian judge Taqiyyuddin al-Nabahani in 1953, does not consider the liberation of Palestine its central cause. “Our central, existential cause is the re-establishment of the caliphate, and after that we would work for the liberation of Palestine as well as ridding the Muslim world of the pro-Western regimes that are ruling them.”

Baca sendiri, tujuan utama mereka adalah pendirian kembali Khilafah, setelah itu baru mengurus kemerdekaan Palestina. Itulah kenapa sering anda dapati spanduk yang mereka usung bertuliskan "Bebaskan Palestina dengan Khilafah" atau "Solusi Palestina adalah Khilafah". Selalu "Khilafah, Khilafah dan Khilafah".

Ketahuilah, mereka tidak menginginkan negara Palestina, mereka hanya menginginkan Khilafah. Palestina bagi mereka adalah negara nasionalis, dan nasionalisme itu haram dan 'ashabiyah. Hizbut Tahrir tidak seperti gerakan-gerakan muqawwamah Palestina yang walau saling berbeda ideologi mereka tetap bersatu mengibarkan bendera nasional Palestina. HT ini berbeda, mereka hanya sudi mengibarkan bendera Al Liwa' dan Ar Rayah (sebagaimana diakui Felix Siauw sendiri).

Baru kemarin saya menonton video peringatan 30 tahun berdirinya Hamas di Gaza Desember ini, dimana puluhan ribu warga Palestina tumpah ruah mengecam Israel. Dan faktanya mereka hanya mengibarkan bendera nasional Palestina dan bendera hijau Hamas, dan tak ada satupun yang mengibarkan bendera Al Liwa dan Ar Rayah seperti demo-demo Palestina disini. Silakan tonton videonya di https://www.youtube.com/watch?v=cbq2Q31XI14

Hal ini juga sering saya saksikan saat moment-moment peringatan yang dilaksanakan PFLP, IJP dan Fatah di Gaza dan Tepi Barat. Tidak ada bendera Al Liwa dan Ar Rayah yang dikibarkan seperti demo-demo Palestina disini. Apa rakyat Palestina kurang bertauhid ya? Atau jangan-jangan hanya demo-demo disini yang sering 'dibajak' HTI?

Ketahuilah, Hizbut Tahrir is 'nothing in Palestinian struggle'. Sekali lagi mereka bukan siapa-siapa. Mereka sama sekali tak punya niat untuk kemerdekaan negara Palestina. Mereka hanya peduli pada Khilafah. Mereka tak mempersiapkan pasukan untuk melawan Zionis, mereka sendiri mengakui pergerakan mereka hanya lewat jalur politik bukan lewat kekerasan.

Tapi lucunya Tokoh HTI yang sekaligus redaktur pelaksana Tabloid Al Wa’ie, Arief B Iskandar menyatakan bahwa selama 'Revolusi Suriah' tidak kurang dari 3000 syabab HT telah menemui 'kesyahidan'. Bahkan pada 2013, Jubir HTI Ismail Yusanto mengakui Hizbut Tahrir pernah mengikuti sumpah setia dengan banyak kelompok “mujahidin” yang ada di Suriah, termasuk dengan Jabhat Nushrah, kelompok yang berbasis di Golan dan diakui media Israel sering mendapat perawatan medis dari militer Israel untuk melawan Pemerintah Suriah.

Sebuah ironi, Hizbut Tahrir yang tidak pernah mendukung Palestina dengan jihad angkat senjata, tiba-tiba mengangkat senjata untuk melawan Suriah, negara musuh besar Israel. Pesan saya untuk para pendemo dukung Palestina, saya takjub semangat kalian layak diapresiasi. Tapi jangan biarkan demo kalian dibajak oleh ormas terlarang ini.

Daripada kalian ikut-ikutan mengibarkan bendera Hizbut Tahrir, jauh lebih baik kalau kalian mengangkat poster Rachel Corrie, seorang gadis USA beragama Nasrani yang tewas dilindas buldoser Israel saat mempertahankan rumah warga Palestina di Rafah. Karena isu Palestina bukan hanya milik Islam, tapi milik kemanusiaan. Itu jauh lebih berguna daripada kalian mengibarkan bendera Hizbut Tahrir.

Minggu, 08 September 2019

Apa Sebab Timnas indonesia Kalah 2-3 Dari Malaysia?

Tim Nasional Sepakbola Indonesia
Beberapa hari yang lalu Timnas Indonesia menelan kekalahan di laga perdana kualifikasi piala dunia 2022, kekalahan di hadapan publik sendiri dari Malaysia dengan skor 2-3. Beberapa hari sebelumnya saya sudah menduga akan hasil yang didapat timnas Indonesia ini, saya menerkanya akan berakhir dengan skor imbang 2-2 atau kalah 1-2. Dan ternyata prediksi saya tidak meleset jauh. Penonton pun tidak terima dengan kekalahan tersebut, terjadilah ricuh di stadion GBK.

Hasil tidak baik yang didapat timnas membuat suporter geram, mereka berbuat onar di dalam stadion. Mungkin kekesalan suporter sebenarnya bukan ditujukan kepada suporter timnas Malaysia, namun lebih ditujukan kepada federasi. Dimana federasi (PSSI) sepakbola Indonesia tidak becus dalam menjalankan roda organisasi dari tahun ke tahun, malah makin buruk pengelolaannya. Dan output dari hal ini adalah kekalahan timnas di laga perdana kualifikasi world cup 2022. Lalu, apa sih sebab kekalahan timnas Indonesia kali ini? Nah, saya akan mengupanya dengan catatan saya pribadi sebagai insan pecinta sepakbola Indonesia.

1. Federasi Tidak Becus Mengelola Sepakbola Nasional
Sebagai federasi sepakbola seharusnya PSSI dapat menjalankan organisasi dengan terencana, bersih dan juga akuntabel. Namun nyatanya jadwal liga saja sampai bertabrakan dengan jadwal timnas di kualifikasi piala dunia, sudah tahu tahun ini akan ada hajatan pemilu serentak dan juga idul fitri, PSSI malah menunda-nunda kick off liga. Akibatnya liga baru libur seminggu sebelum kualifikasi piala dunia, tentu saja para pemain timnas datang hanya ada sedikit sisa-sisa tenaga, stamina ampas. 

Lihatlah di babak pertama permainan timnas begitu mendominasi, dan dapat menutup babak pertama dengan skor 2-1. Namun begitu babak kedua memasuki menit 60-an para pemain timnas pun kocar-kacir bak sudah tak punya tega untuk berduel dan berlari lagi. Akhirnya dua buah gol pun bisa disarangkan pada jala timnas Indonesia oleh pemain timnas Malaysia. Pemain seperti sudah tidak berdaya lagi untuk mengejar bola.

2. Pemilihan Pemain Yang Tidak Tepat
Pemilihan pemain kali ini banyak membuat saya mengernyitkan dahi, bagaimana tidak ada beberapa pemain yang bagus namun mereka tidak ikut dipanggil timnas. Sebut saja di pos penjaga gawang, ada M. Ridho dan juga Nadeo Argawinata yang tampil bagus di liga, selain itu juga memiliki postur tubuh menjulang. Hal ini penting, seandainya kiper memliki postur bagus tentunya dia dapat berduel atau memotong umpan bola lawan tanpa takut dan ragu. Lihat saja gol kedua timnas Malaysia, Andritany tidak keluar sarang dan berduel untuk memotong bola umpan dari sayap Malaysia. Saya sendiri heran, semenjak Kurnia Meiga terkena penyakit misterius, pos penjaga gawang tidak dicarikan yang potensial padalah ada beberapa penjaga gawang muda dan potensial di Indonesia.

Kedua, yang saya sorot adalah lini tengah (utamanya pos gelandang bertahan/sentral). Mengapa harus selalu Evan Dimas sih? Kalau saya pelatihnya saya pasti akan memilih gelandang bertahan yang kokoh, punya intelejensi bagus dalam membaca permainan lawan dan juga memiliki postur tinggi. Pilihan akan saya jatuhkan pada sosok Bayu Pradana dan juga Hanif Syahbandi, dan cadangan Zulfiandi. Bayu Pradana sudah kenyang pengalaman bermain di timnas sejak era Alfred Riedl, dan Hanif Syahbandi adalah pemain yang punya potensi bagus, seorang sosok central midfilder modern yang mana dapat bertahan dan menyerang sama baiknya. Saya merindukan sosok Ponaryo Astaman di lini tengah, yang bisa menjaga keseimbangan antara ofens dan defend.

Ketiga, di sektor Center back juga patut untuk dikritisi, McMenemy menduetkan hansamu dengan Manahati Lestusen yang posisi naturalnya adalah gelandang bertahan. Sebuah perjudian yang sangat beresiko. Mengapa tidak memanggil Fachrudin yang kenyang pengalaman internasional untuk berduet dengan hansamu. Selain itu juga berpostur 1,85 meter yang mana dapat diandalkan dalam duel-duel bola atas dengan pemain lawan.

Keempat, di sektor bek samping/side back (orang lebih sering menyebutnya dengan julukan "full back") juga wajib dikritisi. Di sektor ini timnas kesulitan memperoleh sosok yang ideal, McMenemy sudah tepat memanggil Ricky Fajrin. Sebenarnya ada beberapa side back yang cukup berpotensi, selain Ricky Fajrin misalnya yang berorientasi bertahan adalah Putu Gede. Seharusnya pilih juga full back berorintasi menyerang yang masih muda, Ruben Sanadi dan Yustinus Pae sudah termakan usia, sedangkan full back memerlukan stamina yang kuat agar dapat bertahan dan menyerang (overlap) dengan baik dan tidak terlambat untuk kembali ke posnya apabila mendapat serangan balik dari musuh.

3. Pergantian Yang Krusial
Saya sebenarnya cukup paham dengan gaya bermain Simon McMenemy yang khas bergaya sepakbola Britania, dengan konsep counter attack dan melakukan umpan terobosan (through pas) long ball dari pemain tengah ke striker. Hal ini terlihat di babak pertama, Beto dan Lilipaly bisa memperoleh peluang dan lolos dari jebakan offset pemain Malaysia dan berhadapan satu lawan satu dengan kiper lawan. Dua gol pun berhasildicetak dengan metode ini. Namun mengapa di babak kedua hal ini tidak lagi terjadi, seolah Beto berjuang sendirian di depan dan juga acap membantu pertahanan.

Jawabannya adalah, saat pemain Malaysia tampil menekan, lini tengan timnas kita tidak dapat mengimbangi mereka. Evan Dimas jangan disuruh bertahan, sebab defend dari Evan tidak bagus, sekali senggol saja sudah goyang. Dan yang paling saya tidak suka dari Evan Dimas adalah sering kehilangan momentum ketika timnas mendapat kesempatan counter attack, Evan suka berlama-lama memegang bola. Hal ini pulalah saya duga yang menjadi alasan Riedl tidak tertarik memakai Evan. Lihat saja, Evan sering kehilangan bola saat berlama-lama mendribel bola ketika serangan balik terjadi.

Di awal babak kedua, Zulfiandi ditarik diganti Rizky Pellu, menurut saya yang harusnya diganti adalah Evan Dimas, bukan Zulfiandi. Saat malaysia tampil menekan, harusnya McMenemy memperkokoh lini tengah seharusnya menarik Evan dan diganti dengan memasukkan Hanif atau Rizky Pellu agar dapat berduel dengan lini tengah Malaysia.

4. Konsistensi Para Pemain
Sejak ditangani McMenemy saya lihat pemain tidak konsisten dalam permainan, sering kendor ketika sudah unggul. Hal ini berbeda saat timnas masih ditangani Luis Milla atau Ivan Kolev. Analisa saya adalah pemain tengah yang tidak konsisten untuk terus menekan lawan/mendominasi dengan ball posession untuk mengurangi peluang lawan mendapat kesempatan menyerang timnas kita. 

Semoga saja di babak selanjutnya, McMenemy harus mencari solusi atas masalah ini. Jangan sampai timnas menjadi bulan-bulanan di ajang kualifikasi Piala dunia, sangat tidak baik bagi peringkat Indonesia di FIFA. Saya hanya seorang pecinta sepakbola yang ingin melihat timnas maju dan juga hanya bisa memberikan tulisan dan unek-unek lewat blog saya.