
Nah, kami akan
memaparkan beberapa sistem operasi non-mainstream untuk ukuran saat
ini, sistem operasi yang pernah jaya di masanya sampai sistem operasi
yang mungkin tak Anda ketahui pernah ada.
1. DOS
Pengguna sistem
operasi Windows kemungkinan besar pernah memanfaatkan DOS. Namun
sebagian lagi bisa jadi tidak menyadarinya. Bila Anda pernah
menggunakan Command Prompt di Windows, berarti sebenarnya Anda telah
“mencicipi” DOS. Ya, pada tahun 1980-an, DOS merupakan sistem
operasi yang digunakan sebagian besar PC desktop. Di Indonesia bahkan
aman untuk dikatakan bahwa DOS adalah satu-satunya sistem operasi
yang tersedia pada saat itu karena persentase pengguna Mac relatif
kecil. DOS merupakan singkatan dari Disk Operating System yang lahir
pada tahun 1981. DOS tidak memiliki tampilan grafi s melainkan hanya
berbasis teks dan menampilkan huruf tertentu (umumnya A atau C) yang
disebut dengan prompt. Di belakang prompt tersebut Anda bisa
mengetikkan perintah-perintah yang digunakan untuk mengoperasikan
komputer.
Meski hanya
menampilkan teks, aplikasi yang berjalan di atas DOS bisa saja
memiliki tampilan grafis. Bahkan Windows tadinya hanyalah merupakan
“aplikasi” yang berjalan di atas DOS, mulai dari Windows 3.1
sampai Windows ME. DOS kemudian berganti nama menjadi IBM PC DOS
sampai tahun 1993 sebelum kemudian dibeli oleh Microsoft dan berganti
nama lagi menjadi MS-DOS.
2. BeOS
BeOS adalah sistem
operasi yang dirancang dengan keunggulan multimedia, diciptakan pada
tahun 1991 oleh Be Inc. Awalnya, sistem operasi BeOS ini dikembangkan
hanya untuk komputer BeBox, namun pada akhirnya tersedia juga untuk
IBM PC dan kompatibelnya. Komputer BeBox sendiri tidak berhasil
diterima pasar dan pada tahun 1997 diambil alih oleh Apple untuk
“dilebur” ke Macintosh. Sejak saat itu, Be Inc memutuskan untuk
berkonsentrasi di peranti lunak saja, khususnya sistem operasi BeOS.
BeOS dikembangkan
untuk bisa memanfaatkan media digital dengan optimal dan mampu
memanfaatkan kelebihan peranti keras modern seperti symmetric
multiprocessing dengan memanfaatkan modular I/O bandwidth, pervasive
multithreading, dan preemptive multitasking. Saat itu BeOS bahkan
telah menggunakan file system 64 bit dengan fitur journaling bernama
BFS. Antarmuka BeOS dikembangkan dengan konsep “bersih, jelas, dan
rapi”. Tampilan visualnya relatif mirip dengan sistem lingkungan
desktop berbasis Unix. Salah satu yang unik dari antarmuka BeOS
adalah, setiap jendela aplikasi dirancang untuk memiliki tab, bukan
title bar. Desain seperti ini lebih hemat tempat dan memberikan
pandangan lebih luas ke desktop.
Sayang sekali,
BeOS tidak dapat bersaing dengan Windows yang saat itu memang begitu
dominan. Pada tahun 2001, Be Inc mengalihkan fokus mereka ke peranti
internet dan kemudian diakuisisi oleh Palm Inc. Palm Inc sendiri pada
tahun 2011 diakuisisi oleh HP (Hewlett Packard). Meski begitu, tidak
berarti BeOS benar-benar mati. Sekelompok orang yang antusias
terhadap sistem operasi masih sering mengutak-atik dan
mengembangkannya. Bahkan, akhirnya muncul proyek open source bernama
Haiku yang mengimplementasikan kembali sistem operasi BeOS.
3. Lindows
Hadirnya Linux
yang bersifat free open source ternyata tidak mampu membendung, baik
popularitas maupun pembajakan, Windows. Salah satu penyebabnya
barangkali adalah sifat user friendly Windows yang tidak mampu
diadaptasi oleh Linux. Berangkat dari masalah tersebut, Michael
Robertson pada tahun 2001 mendirikan Lindows Inc. Tujuannya adalah
menciptakan sistem operasi berbasis Linux, namun mampu menjalankan
berbagai aplikasi mayor yang ada di Windows. Akhirnya terciptalah
LindowsOS atau sering disebut Lindows saja. Lindows dikembangkan
berbasis Debian.
Lindows sempat
menimbulkan polemik bahkan Microsoft sebagai pemilik Windows
ikut-ikutan merasa gerah. Akhirnya supaya tidak menimbulkan masalah,
nama Lindows diganti menjadi Linspire. Basis pengembangannya pun
diubah ke Ubuntu. Pada tanggal 1 Juli 2008, pemegang saham Linspire
bersepakat mengubah nama perusahaan menjadi Digital Cornerstone.
Seluruh aset Linspire akan diakuisisi oleh Xandros. Pada tanggal 9
Agustus 2008, Andreas Typaldos (CEO of Xandros), mengumumkan bahwa
pengembangan Linspire akan dihentikan. Komunitas open source kemudian
melakukan fork terhadap Linspire dan mengubah namanya menjadi
Freespire. Mereka juga mengembalikan basis pengembangannya ke Debian.
4. OS/2
Microsoft dan IBM,
dua raksasa teknologi yang begitu menguasai jagat teknologi informasi
pada tahun 1980-an, pernah bekerja sama dalam mengembangkan sebuah
sistem operasi, yaitu OS/2. Mudah ditebak, OS merupakan singkatan
dari Operating System. Dinamai demikian karena OS/2 merupakan
pengembangkan dari PS/2 yang tadinya telah dikembangkan oleh IBM. PS
merupakan singkatan dari Personal System. Pada akhirnya Microsoft
keluar dari kerja sama ini dan IBM mengembangkan OS/2 sendirian.
Meskipun merupakan
turunan dari PC DOS dengan tambahan fitur protected mode, OS/2 tidak
tampil dalam bentuk perintah baris melainkan memiliki tampilan
grafis. IBM menghentikan dukungan terhadap OS/2 pada tanggal 31
Desember 2006. Sejak itu, OS/2 dikembangkan dan dipasarkan di bawah
nama eComStation.
Beberapa Nama Lain
Masih ada lagi
beberapa sistem operasi lainnya yang sebenarnya sempat muncul ke
permukaan dan masih menunggu waktu untuk bisa menjadi populer, atau
bisa jadi berstatus hidup segan mati tak mau. Sebut saja Google
Chromium OS yang didesain untuk menjadi sistem operasi yang berfokus
pada aktivitas berinternet, atau TrueOS yang fokus pada keamanan.
Yang terkini, ada
sebuah sistem operasi yang relatif baru, yaitu Endless OS. Endless OS
dirancang untuk mudah digunakan sehingga seluruh anggota keluarga
dapat memanfaatkannya. Di samping itu, Endless OS juga relatif tetap
bisa dimanfaatkan saat tidak terkoneksi ke internet berkat kayanya
konten offline yang tersedia pada sistem operasi tersebut.
0 komentar :
Posting Komentar