Senin, 23 Februari 2015

Masturbasi, Sebuah Kenikmatan Yang Semu

Masturbasi acapkali diidentikkan dengan gangguan psikologis yang timbul akibat efek dari trauma maupun sebagai 'cara protes' terhadap pasangan seksualnya. Aktivitas sesksual yang satu ini bisa dibilang murah meriah. Anda tak perlu pandai merayu, tak perlu berdandan cantik ala Citra Kirana, makan malam nan romantis atau merogoh kocek untuk mendatangkan stripper ke apartemen anda. Cukup dibutuhkan tangan yang terampil, imajinasi liar dan sekeping film biru (BF), lantas kepuasan pun akan didapat. Namun, sejauh manakah masturbasi aman dilakukan dan mitos apa saja yang mengiringinya.

Menelisik jauh kebelakang, masturbasi berasal dari bahasa latin yaitu masturbare. Gabungan dari dua kata yaitu manus (tangan) dan stuprare (penyalahgunaan). Sehingga dapat diartikan sebagai "penyalahgunaan dengan tangan". Maka tak mengerankan jika kemudian kegiatan seksual yang satu ini melahirkan banyak stigma negatif. Secara harafiah, masturbasi didefinisikan sebagai aktivitas melakukan rangsangan secara disengaja yang dilakukan pada organ intim guna memperoleh kepuasan seksual. Dalam sebuah penelitian, terungkap, 90% pria dan 89% wanita melakukan masturbasi. Mereka melakukannya untuk memenuhi kebutuhan seksual. Angka ini tentu mengejutkan, karena ternyata kaum hawa pun gemar melakukan aktivitas ini. Angka tersebut sekaligus membuka mata banyak pihak bahwa masturbasi sangat digemari. Bahkan, masturbasi dapat dilihat sebagai pengalaman seksual pertama kali yang aman dan sebagai cara untuk mengenal diri sendiri. 

Tapi, cara melakukannya dengan menyentuh diri sendiri dan berimajinasi liar dianggap banyak kalangan sebagai penyimpangan psikologis. Kata 'penyalahgunaan' pada definisi masturbasilah yang menjadi faktor kunci timbulnya rasa bersalah dan anggapan memalukan bagi pelakunya. Namun, masturbasi itu sendiri tidak menimbulkan kerusakan fisik maupun mental. Hal tersebut merupakan sesuatu yang normal dilakukan.

Bisa saja seseorang yang memiliki kebiasaan melakukan masturbasi sejak lama mengalami keresahan. Bahkan frekuensi melakukannya dari hnya sesekali saja, menjadi kerap dan berulang kali. pemicunya pun beragam, seperti menonton film film blue sampai melihat cewek cantik. Ada keinginan untukmelawan masturbasi itu dari pelakunya, seperti dengan mengalihkannya menjadi kegiatan olahraga, bekerja keras di kantor dsb. Sayang, tenyata banyaknya pekerjaan saja tak cukup untuk meredam keninginan bermasturbasi. Lama-kelamaan, pertanyaan apakah hal tersebut sesuatu yang normal menggelayut di benaknya. Bahkan rasa takut kegiatan itu akan terbawa sampai di kehidupan pribadi pelakunya. Dianjurkan, jika sudah mencapai tahap ini untuk melakukan konsultasi pada ahlinya.

Kekhawatiran seperti ini memang cukup beralasan. Hingga saat ini, banyak kasus bahwa banyak pria yang lebih menikmati kegiatan masturbasi. Bila dibandingkan dengan kegiatan seksual bersama pasangannya. Kondisi ini tentu dapat merusak keutuhan ikatan pernikahan. Ditambah lagi, begitu banyak mitos yang beredar di kalangan masyarakat yang makin mengaburkan pandangan masturbasi ini. Mitos mitos itu seperti bila masturbasi akan bisa menyebabkan mandul atau impoten, mata menjadi kabur, ingatan menurun, dan tulang dnegkul menjadi keropos. Tak ayal, anggapan semacam ini tentu saja akan menimbulkan rasa cemas bagi sang pelaku. 

Namun menurut pakar seks, selain normal, sebenarnya masturbasi itu sehat dan bermanfaat. Pasalnya, masturbasi dapat dilakukan sebagai salah satu upaya proteksi menghindari hubungan seksual di usia remaja. Masturbasi adalah ungkapan seksualitas yang alami dan tak berbahaya bagi pria maupun wanita, dan cara yang sangat baik untuk mengalami kenikmatan seksual. Meski begitu, bukan berarti masturbasi dapat dilakukan setiap saat. Pasalnya, masturbasi yang dilakukan tanpa kendali, pada akhirnya dapat menimbulkan gangguan seksual. Seperti gangguan dorongan seksual, dorongan ejakulasi, gangguan ereksi hingga masalah orgasme. Bahkan, selain itu dapat mengganggu fisik, masturbasi yang berlebihan akan berdampak pada gangguan psikologis. 

Jika sudah merasuk ke jiwa (kompulsif) dapat dikatakan menjadi sangat berbahaya. Masturbasi kompulsif -sebagaimana perilaku kejiwaan yang lain, adalah pertanda adanya masalah kejiwaan dan perlu mendapatkan penanganan dari dokter jiwa. Bahkan, masturbasi yang dilakukan secara intens dapat menimbulkan ketergantungan yang disebut "sex addict".

0 komentar :

Posting Komentar